Jumat, 27 Februari 2015

Kopi Hangat Yang Ditangguhkan



Bacaan: Ulangan 10:12-22    |   Pujian: KJ 256
“Sebab itu haruslah kamu menunjukkan kasihmu kepada orang asing, sebab kamu pun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir.” (ay.19)
Seorang WNI yg sedang berkunjung di luar negeri, memasuki sebuah kedai kecil dan memesan dua cangkir kopi untuk dirinya dan temannya. Setelah beberapa saat ia melihat dua orang yang masuk ke kedai tersebut dan memesan lima cangkir kopi: ”Dua untuk kami dan yang tiga ditangguhkan (suspended)” kata mereka. Setelah kejadian tersebut rupanya masih ada beberapa orang lagi melakukan hal yang sama. “Ah…apa itu kopi ditangguhkan?” demikian pikiran yang berkecamuk dalam diri WNI tersebut. Selanjutnya mereka melanjutkan kegiatan ngopinya sambil bertanya-tanya dalam hatinya. Sejurus kemudian masuklah seorang bapak berpakaian lusuh yang masuk ke kedai tersebut lalu dengan sopan ia bertanya kepada pelayan kedai: “Apakah ada suspended coffee / kopi tunda hari ini?” Pelayan dengan ramah menghidangkan kopi tersebut kepada bapak tua yang lusuh tadi tanpa harus membayar.
Kebiasaan ini tumbuh di kota Naples, Italia. Sebuah kebiasaan untuk berbagi, dimana seseorang membayar secangkir atau beberapa cangkir kopi untuk orang lain, meskipun mereka tidak pernah saling mengenal sebelumnya. Sebuah budaya untuk saling berbagi minuman hangat dengan mereka yang tidak mampu. Bahkan budaya ini kemudian berkembang, bukan hanya kopi saja, tetapi juga sandwich (=roti isi) dan makanan lainnya.
Di dalam bacaan kita, khususnya ayat 19, Tuhan memperingatkan bangsa Israel untuk dapat menunjukkan kasih mereka kepada orang asing sekalipun. Hal itu dipertegas dengan menggugah kembali memori bangsa Israel yang dahulu juga pernah menjadi orang asing di tanah Mesir. Hanya atas kemurahan Tuhan Allah saja bangsa Israel dapat bertahan hidup sebagai orang asing.
Peringatan inipun sekarang ditujukan kepada kita untuk saling membantu sesama kita. Bukankah Tuhan Allah kita adalah Allah yang Pemurah? Maka, marilah kita juga belajar untuk menjadi pemurah. Bukankah kita sudah mendapat kemurahanNya? [DK]
KemurahanNya kepada kita bukanlah murahan. Kita wajib meneruskannya kepada orang lain.”
http://www.gkjw.web.id/kopi-hangat-yang-ditangguhkan

Kamis, 26 Februari 2015

Katresanan kang Nylametake



Waosan : Yokanan 3 : 16 – 21    |    Pamuji: KPK 83 : 1,2
“…supaya saben wong kang pracaya marang Panjenengane aja nganti nemu karusakan, nanging nduwenana urip langgeng.” (ay. 16b)
Renungan kita dinten menika kanthi sesirah: katresnan kang nylametake. Pitakenanipun: menapa wonten katresnan ingkang boten nylametaken? Katresnan ingkang mbekta cilaka? Wangsulanipun: wonten. Contonipun: menawi kita boten paring pitedah/ pepenget dhateng tetiyang ingkang tumindakipun lepat, kanthi alesan: “mesakne mengko gek mundhak lara atine.” Ngendelaken anak-anak kita remaja putri dolan ngantos lingsir wengi, kanthi alesan: “ben bergaul karo kanca-kancane, cikben ora kuper (kurang pergaulan).” Ngendelaken anak-anak kita ingkang taksih alit dolanan latu, kanthi alesan: “mengko yen dipenging malah nangis,” lsp. Benten sanget kaliyan Gusti Allah. Allah wonten ing Sang Kristus nresnani jagad menika kanthi katresnan ingkang milujengaken. Kawastanan katresnan ingkang milujengaken, karana:
  1. Katresnanipun Gusti menika boten pilih kasih (Mat. 5: 45)
  2. Katresnanipun Gusti menika katresnan ingkang asipat “universal”, nresnani salumahing jagad.
  3. Katresnanipun Gusti menika katresnan ingkang kebak pangurbanan, malah ingkang dipun kurbanaken ingkang paling aji, inggih menika Putranipun ontang-anting, Yesus Kristus.
  4. Katresnanipun Gusti  menika katresnan ingkang “jemput bola”, boten nengga manungsa tresnani Guti rumiyin.
  5. Katresnanipun Gusti menika katresnan ingkang boten gumantung kaliyan sinten kemawon lan menapa kemawon.
  6. Katresnanipun Gusti menika katresnan ingkang boten angon wayah, boten gumantung kaliyan kawontenan.
Gusti Allah nimbali kula lan panjenengan supados nresnani sesamining gesang malah jagad menika kanthi katresnan ingkang milujengaken. Nresnani sesamining gesang ateges ugi nresnani tetuwuhan lan sato kewan, boten namung manusa. Boten namung nresnani tiyang ingkang tresna dhateng kita, nanging ugi tiyang ingkang sengit dhateng kita. Engeta dhawuh ing Matius 5 : 44 lan 46. Amin (SS)
“Katresnan iku ngluluhake rasa sengit.”
http://www.gkjw.web.id/katresanan-kang-nylametake

Rabu, 25 Februari 2015

Lho, Koq…Curiga?!



Bacaan: Ibrani 3:12-19   |   Pujian: KJ 432: 1,2.
“Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup. Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari…“ (12-13a)
Waspada! Kata itu tepat untuk diberikan sebagai nasihat bagi siapa saja yang ingin hidupnya aman. Ingat, banyak hal yang dapat menjadikan kita ‘lengah’ atau tidak waspada. Waspada artinya berhati-hati dan berjaga-jaga. Jika secara ekstrem kita memberlakukan kata ‘waspada’ yang sebenarnya bijak tersebut, maka hasilnya adalah kita sebagai ‘sosok’ yang penuh curiga. Lho koq…?! Ketika pasangan kita sering ber-sms-an, anda curiga. Ketika anak-anak kita menjadi “generasi menunduk” (karena terlalu sering menggunakan HP/BB dan sejenisnya), anda curiga. Ketika duduk berhimpitan di mikrolet dengan orang yang tubuhnya penuh tato, anda curiga. Ketika seseorang yang tidak kita kenal mengetuk pintu rumah kita, kita curiga. Jadi, untuk waspada kita juga harus waspada sebab waspada tidak sama dengan curiga!
Ada orang yang merasa memilki talenta, sebagai penasihat bagi sesamanya. Tugasnya jelas yaitu memberi nasihat, baik diminta atau tidak diminta, dilakukan kapan saja, di mana saja, dan bagi siapa saja. Jika talenta tersebut dilakukan secara sembarangan, bisa jadi orang tersebut termasuk golongan orang yang suka mencampuri urusan orang lain! Lho, koq…?! Sebab menasihati dan mencampuri urusan orang lain itu bedanya tipis! Yang penting kita harus paham membedakan antara menasihati dengan mencampuri urusan orang lain. Boleh-boleh saja memberi nasihat tetapi yang mengambil keputusan ‘kan orang lain (penerima nasihat) itu sendiri! Lebih daripada itu, teladan lebih mujarab daripada seabrek nasihat.
Waspada dan nasihat yang kita peroleh melalui bacaan kita adalah jangan terus menerus mengeluh dan tidak menaati perintah Allah, agar kita tidak termasuk kelompok mereka yang tidak diizinkan masuk ke tanah perjanjian (Bil.14:1-35). Yang sangat penting dalam sikap waspada adalah waspada terhadap diri sendiri, motivasi, sikap dan tutur kata kita. Amin. (Esha).
“Aku bersaksi dengan kata, tapi juga dengan karya.”
http://www.gkjw.web.id/lho-koqcuriga

Senin, 23 Februari 2015

12-years-a-slave



Bacaan: Ibrani 2: 10-18    |   Nyanyian: KJ 254
“…Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.” (ay.15)
Adalah sebuah judul film yang meraih penghargaan sebagai Film terbaik di ajang Golden Globe tahun lalu. Film ini diangkat dari sebuah novel berjudul 12 Years a Slave yang mengisahkan tentang seorang laki-laki berkulit hitam yang dijual sebagai seorang budak. Solomon Northup adalah salah satu dari sedikit orang kulit hitam yang hidup bebas bersama keluarganya di tahun 1841. Ia adalah seorang pemain biola yang piawai dan memiliki hidup yang bahagia bersama isteri dan dua anaknya. Namun, kebahagiaannya sirna saat ia tertipu, kehilangan kebebasannya dan dijualbelikan sebagai seorang budak. Sejak saat itulah kehidupannya dipenuhi dengan kekerasan, ketidakadilan dan penganiayaan. Banyak orang yang memperlakukannya bagai binatang, mencemooh dan bahkan menyiksanya. Namun, ia bertahan dan terus menyatakan bahwa dirinya bukan budak, ia adalah orang bebas. Sampai akhirnya, 12 tahun kemudian ia berhasil membebaskan diri dari perbudakan dan kembali hidup bebas.
Film ini mengingatkan kita, betapa berharganya kebebasan itu. Bayangkan saja hidup 12 tahun tanpa kebebasan, mau ini gak boleh, mau itu gak boleh. Pasti tidak enak dan menderita sekali! Nah, kebebasan inilah yang ditawarkan oleh Kristus. Menurut penulis surat Ibrani, kedatangan Kristus menawarkan kebebasan bagi orang-orang yang dikuasai penghambaan yang dikarenakan ketakutan akan maut (ay. 15). Siapa sih yang tidak takut pada maut? Semua manusia pasti punya ketakutan, dan ketakutan itu adalah hal yang wajar. Namun, masalahnya adalah saat ketakutan itu melumpuhkan apalagi membuat kita tak mampu lagi beriman pada Kristus. Karena itu, hari ini kita diingatkan bahwa ketakutan yang selama ini membelenggu dan memperbudak kita akan segera digantikan dengan kebebasan yang manis.
Ya, Kristus Sang Pembebas telah bersedia memerdekakan setiap kita yang terbelenggu. Mari sodorkan tangan kita yang terikat kepadaNya, biarkan Ia memutuskan rantai belenggu itu dan sambutlah….KEBEBASAN!!! (Rhe)
“Jadilah pribadi yang bebas meski ada dalam hidup yang penuh dengan tekanan”
http://www.gkjw.web.id/12-years-a-slave

Jumat, 20 Februari 2015

Pager Urip



Waosan : Titus 2: 1-15  |   Nyanyian: KPK 158: 1, 3
“Pawulangmu disalugu lan tanpa cacad, supaya wong kang nglawan dadia wirang, amarga ora ana kang tinemu kang kena digawe ngalakake marang kita.” (ay.8)
“Wis ora masuk blas, pak A mau kotbah bab tresna nganti ndakik-ndakik, ning kabeh warga ngerti yen dheweke kuwi ora sapa aruh karo adhine wis sewelas tahun”, “Wong iku gembar-gembor kerja sama, kebersamaan, gotong royong. Deloken nek kerja bakti neng greja ra tau teka babar blas”. “Mbah B wingi nasar yen mari saka larane arep sregep neng greja, ibadah patuwen, wah tibake mung lamis!” Punika komentar-komentar unik ing satengah dinamika lampah peladosan kita. Prasaja, ananging patut kangge ndadar dhiri kita sesarengan.
Mbokmenawi, kita ingkang dipun rembag dening warganing pasamuwan sasampunipun mirengaken kotbah utawi ningali lampah gesang kita! Kita ingkang kotbah tresna ananging dereng saged nindakaken tresna dhateng sedherek. Kita ingkang nasar badhe gesang kagem Gusti nanging dereng ketingal buktinipun. Kita ingkang ngoprak-oprak warga kerja bakti ananging kita piyambak mboten muncul.
Perkawis punika ugi dados jurus jitu munduripun calon Pinituwa lan Diaken ing proses dhauran. “Kula niki taksih dereng saged nata keluarga, dereng saged tresna kaliyan sedherek, dereng saged ngapura mengsah, dereng saged sregep ngibadah kok badhe nata Pasamuwan.”
Kapiji dening Gusti punika saged dados margi supados kita gesang langkung sae malih. Dados abdinipun Gusti punika ugi saged dados pager, murih kita langkung ngati-ati lan setiti nglampahi gesang. Murih antawis pamulang kita lan ugi cara gesang kita punika ketingal cundhuk. Tiyang saged ningali lan ngraosaken anggen kita saestu ngupados gesang sae. Lan pungkasanipun saged ngantebi punapa ingkang kita wulangaken. Pitakenan penting katujuaken ing dhiri kita, “Aku arep mulang bab ngapura, apa aku ya wis belajar nyepura liyan? Aku arep mulang bab andum berkah, apa aku wis isa andum berkah kanthi eklas? ” lsp.
Gusti mboten pados tiyang sampurna karana tamtu mboten wonten. Ananging Gusti remen kaliyan tiyang ingkang tansah ngupados gesang langkung sae. Purun bangun pager gesang sae, sekedhik mbaka sekedhik. [PKS]
“Mangga lelados kanthi njagi lampah gesang!”
http://www.gkjw.web.id/pager-urip