Bacaan :
Lukas 1: 39 – 45,
Pujian: KJ 424
Nats: “…berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda.” (ayat. 39)
Pujian: KJ 424
Nats: “…berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda.” (ayat. 39)
Kalau
tiba-tiba pintu rumah anda diketuk orang dan ketika anda membukanya, di sana
ada ajudan bapak Presiden yang mengatakan bahwa bapak Presiden ingin bertamu ke
rumah anda, apa yang akan anda lakukan dan apa yang anda rasakan? Bisalah
dibayangkan, bahwa mungkin kita tidak bisa melakukan apa-apa karena hati kita
terlalu dipenuhi kegembiraan dan keterkejutan. Bisa-bisa, kita bertanya:
benarkah semuanya ini bisa terjadi? Atau, apakah saya tidak bermimpi? Itu baru
bapak Presiden yang ingin datang. Bagaimana jika ternyata Tuhan, berkenan
melawat kita seperti yang terjadi atas diri Maria? Bagaimana kalau kemudian
kita bertamu ke rumah seseorang seperti Elisabet, dan sambutan pertamanya
kepada kita adalah: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah
buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku ?
(ayat 42-43). Apa yang ada di hati kita? Kebanggaan? Sukacita? Atau, yang lain?
Maria,
menerima lawatan Tuhan melalui kesediaannya dipakai Tuhan sebagai jalan
kelahiran Yesus di dunia. Lawatan Tuhan kepada Maria membangkitkan semangat
yang luar biasa kepadanya. Dia segera pergi menemui Elisabet yang sedang
mengandung bayi pioneer (yang mempersiapkan kedatangan) Sang Mesias yang
dikandung Maria. Perjalanan dari tempat Maria, di Nazaret, ke tempat Elisabet,
Yehuda, sangat jauh dan berat karena melewati pegunungan. Namun itu tidak
menyurutkan semangatnya memenuhi panggilan Allah untuk kelahiran Sang Mesias
itu. Lawatan Maria mendatangkan kegirangan yang besar bagi Elisabet dan bayi
yang dikandungnya. Kita sudah menerima lawatan Tuhan yang membawa keselamatan
kekal bagi kita. Sekarang giliran kita untuk melakukan lawatan dengan semangat
untuk membawa dan membagikan kegirangan bagi orang lain. Kegirangan karena
lawatan Tuhan itu, jangan kita nikmati sendiri. Mari kita bagikan dengan
oranglain. Amin. [Mbing]
Kegirangan kita menjadi kegirangan
Tuhan, jika kita bagikan dengan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar