Minggu, 23 Juni 2013

Menghadapi Rasa Takut

Nats : 1 Raja-Raja 19: 1–15a.    
Pujian : 
KJ438
Nats : “Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya.” (Ay. 3a)
Hampir semua orang pernah mengalami rasa takut.Ada yang merasa takut atas hal-hal yang belum tentu terjadi,tetapi adapula orang yang memang takut atas sesuatu yang benar-benar akan terjadi. Ketakutan memang sangat manusiawi.
Elia, yang adalah seorang nabi Tuhan,ternyata juga memiliki rasa takut.Ia merasakan ketakutan yang luar biasa atas apa yang akan dilakukan oleh Izebel kepadanya.Bagaimana tidak? Izebel yang notabene adalah istri dari Raja Israel, tentu dapat menggunakan kekuasaannya untuk memburu dan kemudian membunuh Elia. Ancaman pembunuhan terhadap dirinya bukanlah main-main. Perasaan takut tersebut telah membawanya kepada rasa frustasi yang sangat dalam.Apa yang bisa dilakukannya untuk menghadapi penguasa negeri yang memiliki tentara yang kuat ? Apakah ia harus berdiri menghadapinya atau melarikan diri dari situasi sulit tersebut. Ternyata Elia memilih untuk melarikan diri dan bahkan saking frustasinya ia meminta agar Tuhan mengambil saja nyawanya (ayat 3-4).
Tak jarang kita diperhadapkan pada masalah yang sulit yang dapat membuat kita takut dan frustasi? Kadang kita memilih untuk membiarkan rasa takut menguasai diri kita lalu mencoba melarikan diri. Kita merasa tak kuasa melawan rasa takut dan frustrasi.Kita seringkali lupa bahwa kita memiliki Penolong yang setia, yang siap setiap saat untuk mengulurkan tanganNya kepada kita. Tuhan tidak pernah melalaikan umatNya yang membutuhkan pertolongan. Ia akan membangkitkan kembali keberanian kita untuk menghadapi setiap permasalahan,menghadapi perasaan takut dan menjadi pemenang atas setiap permasalahan kehidupan. Sungguh berbahagia setiap orang yang senantiasa mengandalkan Tuhan dalam hidupnya karena ia akan memandang permasalahan sebagai bagian kehidupan yang justru akan melatih dirinya menjadi pribadi yang tangguh.Amin. [DK]
“Rasa takut adalah induk kesalahan. Jika anda tidak takut, anda melekat pada kebenaran” (Sathya Sai)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar