Rabu, 21 November 2012

Menyanyi Dengan Hati


Bacaan : Wahyu 4: 1-11.
Pujian : KJ 2: 2
Nats: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang.” (ayat. 8b)
Orang Kristen adalah penganut agama yang paling banyak bernyanyi dibanding penganut agama manapun. Bahkan dalam suasana duka sekalipun orang Kristen tetap bernyanyi. Kebiasaan ini sangat menyenangkan, bagi semua orang, bagi yang mendengar, bagi yang menyanyi dan tentu bagi Tuhan. Tetapi coba mari kita ingat-ingat, pada umumnya bagaimana kita bernyanyi. Sudahkah kita selalu sungguh-sungguh setiap kali kita menyanyi? Atau sering asal menyanyi saja, sedapatnya, asal bersuara saja? Sudahkah kita selalu nyanyian kita itu mulai dari hati kita? Artinya, benar-benar menghayati syair dan melodi yang kita nyanyikan. Jika nyanyian kita hanya karena ibadah, “masak ibadah kok tidak menyanyi”, hanya asal menyanyi, asal bersuara saja, walaupun suara kita bagus, apalagi kalau karena ingin mendapat pujian orang yang mendengar, maka nyanyian kita tidak disukai oleh Tuhan. Nyanyian yang disukai oleh Tuhan adalah yang berangkat dari hati kita. Dalam nyanyian itu ada perasaan, keyakinan dan kontak batin dengan Tuhan. Jika demikian nyanyian kita, maka nyanyian kita seolah tiada hentinya berkumandang. Sehingga, nyanyian itu menyenangkan dan menentramkan hati yang menyanyikannya, kita sendiri, orang lain dan Tuhan sendiri. Itulah nyanyian para malaikat Tuhan dalam bacaan kita hari ini. Nyanyian mereka menyenangkan dan menentramkan para malaikat itu sendiri, Yohanes (penulis kitab Wahyu) dan Tuhan. Nyanyian itu membuat semarak, damai dan kebahagiaan kekal suasana sorga itu.
Tuhan telah melakukan segala sesuatu selalu dengan sungguh-sungguh bagi kita. Demikian juga kita seharusnya selalu dengan sungguh-sungguh menyanyikan setiap lagu baik bagi Tuhan maupun bagi orang lain. Mari kita menyanyikan setiap lagu selalu dengan hati kita, dengan penghayatan, dan dengan segala kekuatan tenaga dan pikiran kita. Dengan demikian nyanyian kita akan mendatangkan kebahagiaan dan ketentraman bagi Tuhan, orang yang mendengarkan dan bagi kita sendiri. [ST]
“Nyanyian yang timbul dari hatimenentramkan hati.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar