Bacaan : Lukas 19: 45-48.
Pujian: KJ 406: 2
Nats: “… RumahKu adalah rumah doa.” (ayat. 46)
Pujian: KJ 406: 2
Nats: “… RumahKu adalah rumah doa.” (ayat. 46)
Gedung-gedung gereja di Eropa
baik yang kecil maupun besar umumnya selalu terbuka (tertutup tapi tidak
terkunci) setiap saat. Setiap orang bisa masuk gereja setiap saat untuk berdoa
pribadi ataupun melihat-lihat. Bahkan di Belanda ada sebuah mall yang menyediakan
“bilik doa” di salah satu bagiannya. “Bilik doa” ini disediakan kalau ada
pengunjung mall yang membutuhkan tempat tenang untuk berdoa di tengah-tengah
hiruk pikuk mall. Dan nyatanya ada saja, walaupun tidak sepanjang waktu, orang
yang masuk gereja-gereja itu untuk berdoa sendirian. Tempat-tempat doa itu
begitu tenang. Orang-orang yang masuk di dalamnya untuk berdoa merasakan
kedamaian, bebas dari segala pikiran yang mengganggu kebersamaan dengan Tuhan.
Di situlah terjadi komunikasi yang tulus, dari hati ke hati umat dengan Tuhan.
Tentu itulah yang dikehendaki Tuhan dalam rumah doaNya.
Bait Allah pada zaman Tuhan Yesus rupanya jauh dari ketenangan
dan kedamaian itu. Di sana ada orang-orang merasa diuntungkan dan dirugikan
oleh perdagangan barang-barang korban persembahan. Orang tidak bisa merasakan
kedamaian dan ketenangan ketika menghadap hadirat Tuhan.
Karena itu, Tuhan Yesus marah. Dia menyingkirkan segala sesuatu yang mengganggu kedamaian dan ketenangan doa, komunikasi umat dengan Tuhan. Ketenangan dan kedamaian dalam doa itu sangat penting. Itulah sebabnya sering Tuhan Yesus berdoa dalam ketenangan di bukit dan keheningan malam. Tubuh kita adalah juga rumah Tuhan. Seharusnya tubuh kita juga menjadi rumah doa yang tenang dan damai bagi jiwa kita. Teramat sering di dalam tubuh kita terjadi hiruk pikuk pemikiran dan kegiatan yang tiada henti. Bahkan kadang tidak ada kesempatan bagi jiwa kita untuk tinggal tenang dan damai di dalam tubuh kita. Setiap hari mari kita sediakan kesempatan yang benar-benar tenang dan damai, hening, bagi jiwa kita untuk berkomunikasi dengan tulus dari hati ke hati dengan Tuhan. [ST]
Karena itu, Tuhan Yesus marah. Dia menyingkirkan segala sesuatu yang mengganggu kedamaian dan ketenangan doa, komunikasi umat dengan Tuhan. Ketenangan dan kedamaian dalam doa itu sangat penting. Itulah sebabnya sering Tuhan Yesus berdoa dalam ketenangan di bukit dan keheningan malam. Tubuh kita adalah juga rumah Tuhan. Seharusnya tubuh kita juga menjadi rumah doa yang tenang dan damai bagi jiwa kita. Teramat sering di dalam tubuh kita terjadi hiruk pikuk pemikiran dan kegiatan yang tiada henti. Bahkan kadang tidak ada kesempatan bagi jiwa kita untuk tinggal tenang dan damai di dalam tubuh kita. Setiap hari mari kita sediakan kesempatan yang benar-benar tenang dan damai, hening, bagi jiwa kita untuk berkomunikasi dengan tulus dari hati ke hati dengan Tuhan. [ST]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar