Bacaan : Kisah Para Rasul 15:12 – 21
Nyanyian : KJ 249 : 1 – 2
Nats : “Sebab itu aku berpendapat bahwa kita tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi mereka dari bangsa lain yang berbalik kepada Allah” (ayat 19)
Nyanyian : KJ 249 : 1 – 2
Nats : “Sebab itu aku berpendapat bahwa kita tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi mereka dari bangsa lain yang berbalik kepada Allah” (ayat 19)
Mungkin kita pernah merasa malas untuk hadir ke persekutuan
ibadah kelompok atau wilayah di tempat seseorang. Merasa kurang nyaman
bersekutu dengan orang-orang di luar kelompoknya disebabkan perbedaan keadaan
ekonomi, suku, ras, pendidikan dan jabatan. Keadaan ini bisa mengganggu
kebersamaan dan kenyamanan dalam persekutuan.
Bacaan kita Kis. 15:12-21 menyatakan adanya masalah penerimaan
bangsa non Yahudi oleh bangsa Yahudi dalam persekutuan. Bangsa Yahudi tidak
dapat menerima bangsa lain yang akan bersekutu bersama dalam satu gereja. Hal
ini disebabkan karena mereka merasa sebagai bangsa terpilih dengan merasa lebih
tinggi posisinya, dan bangsa lain lebih rendah posisinya sehingga tidak layak
melakukan ibadah bersama dan semua harus tunduk pada hukum Taurat Yahudi.
Dalam hal ini Yakobus, yang kepemimpinan moralnya diakui oleh
warga jemaat di Yerusalem, menyatakan bahwa murid-murid harus mengijinkan orang
non Yahudi masuk ke dalam persekutuan. Ini berarti Yakobus berdiri di pihak
bangsa bukan Yahudi walaupun ia seorang peneliti hukum Taurat. Namun demikian
Yakobus menasehatkan beberapa peraturan yang harus ditaati bangsa non Yahudi.
Gambaran tersebut menunjukkan bahwa pemisah antara Yahudi dan bukan Yahudi
telah berakhir.
Pertemuan ibadah dalam persekutuan merupakan kebutuhan dan
kewajiban, karena kita akan mengalami kesegaran rohani, iman dan pengharapan
kepada Tuhan bagi hidup kita. Di samping itu dalam ibadah persekutuan yang
terbangun adalah hubungan kita dengan Tuhan dan sesama orang percaya. Kita
saling mendoakan, membangun, mendorong kepedulian bahkan pengorbanan kita
meningkat menjadi nyata bagi sesama. Kiranya kita semakin rajin beribadah,
disertai rasa kebersamaan, kesatuan pola pikir, sehingga dalam persekutuan
tercipta suasana indah, harmonis dan sukacita. (Sri)
Dalam
persekutuan iman kristen jadi hidup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar