Rabu, 11 Desember 2013

Hamba yang “Humble”



Bacaan : Lukas 1 : 26 – 38
Pujian : KJ 81 : 1
Nats : Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia. [ayat 38]

Pada saat ini, seseorang yang sedang bertunangan jika sedang diketahui hamil oleh banyak orang sudah barang tentu aib bagi dirinya maupun keluarganya. Kejadian itu, sudah dipastikan menjadi pembicaraan bagi banyak orang di sekitar, bahkan bisa jadi di antara jemaat dan Majelis Jemaat, bagi mereka yang beragama kristen.
Apalagi pada jaman Tuhan Yesus. Hal ini di alami oleh Maria dan Yusuf ketika mereka bertunangan. Ini sangat mengagetkan, ketika malaikat Tuhan menyampaikan bahwa Maria sedang mengandung  dan melahirkan seorang laki-laki yang diberi nama Yesus (ay 30-31). Demikian juga Yusuf, ketika Maria tunangannya diberitahu akan mengandung oleh Roh Kudus. Diam-diam dia akan menceraikan tunangannya (mat 1:18-19). Peran Roh Kudus dan kuasa Allah yang maha tinggi menyadarkan Yusuf dan Maria untuk bersedia dan menerima kehadiran Yesus dalam keluarganya. Penguasaan diri Maria dan kesediaan dirinya sebagai jalan kasih karunia Allah untuk manusia berdosa adalah sesuatu yang sangat indah.
Maria telah belajar untuk melupakan doa duniawi yang lazim “Kehendak-Mu berubahlah” dan mengucapkan suatu doa agung “Kehendak-Mu jadilah”. Maria sadar di hadapan Allah dia adalah seorang hamba yang hina. Dan sebagai hamba, Maria harus setia dan taat pada perintah tuannya yaitu Tuhan Allah. Tidak ada kata lain yang ia ucapkan selain “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Maria adalah hamba yang humble (rendah hati) yang patut menjadi teladan bagi kita semua. Roh Kudus juga memampukan Yusuf untuk menerima Maria sekalipun harus menerima segala resiko yang tidak ringan. Marilah kita juga sadar, sebagai manusia adalah hamba Allah yang harus setia dan taat kepada Tuhan. Ketika taat dan setia kepada Allah berarti kita sedang menantikan kemuliaan Allah. [DG]
“Tuhan itu pemilik setiap babak kehidupan; kita tidak bisa memilih peran yang harus kita lakukan; kita hanya perlu berhati-hati agar dapat melakukannya denga baik, dengan senantiasa berkata, jika ini berkenan kepada Tuhan, biarlah hal itu terjadi” [Jeremy Taylor]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar