Rabu, 25 Maret 2015

Amarah

Bacaan : Yeremia 25 : 30 – 38   ǀ   Nyanyian : KJ 355 : 1, 2
Nats:
“Maka bagi para gembala tidak akan ada lagi kelepasan, dan bagi para pemimpin kawanan kambing domba tidak akan ada lagi keluputan.” (ay. 35)

 Sebagai manusia tentu pernah marah. Marah kepada suami, istri, anak, teman, saudara, atatu orang lain. Marah adalah luapan emosi yang tidak dapat ditahan. Seseorang marah dengan berbagai sebab. Orang tua marah kepada anaknya karena ia tidak mau patuh kepadanya. Rakyat marah kepada pemerintah karena kebijakan kenaikan harga BBM yang dirasakan semakin memberatkan rakyat. Wajar jika seseorang marah agar orang lain yang ia marahi tahu akan kesalahannya dan dapat memperbaiki diri. Sebaliknya menjadi tidak wajar jika seseorang marah tanpa ada alasan yang jelas, yang sifatnya hanya ingin menjatuhkan atau menjelek-jelekkan orang lain.
Kesaksian nabi Yeremia memberikan gambaran bahwa Tuhan marah kepada umat Israel. Ketidaksetiaan Israel kepada Allah, penyembahan Israel terhadap berhala menyebabkan Allah marah. Dalam kemarahan-Nya, Allah menghukum Israel dengan kematian. Yeremia mengungkapkan dalam nubuatnya akan bergelimpangan orang-orang yang mati terbunuh, di mana mereka yang mati tidak akan diratapi ataupun dikuburkan sebagaimana mestinya. Padang-padang rumput akan menjadi kering, sehingga para gembala tidak mendapatkan kelepasan, dan para pemimpin kawanan domba tidak akan luput dari hukuman Tuhan. Para gembala dan para pemimpin kawanan domba yang dimaksudkan adalah umat Israel dan para Raja-raja Israel yang hidup dalam kesusahan. Ketidaksetiaan mereka menyebabkan hukuman dari Tuhan.
Saat ini kita diajak untuk mengendalikan amarah kita. Tidak banyak manfaat yang kita peroleh saat kita marah. Yang ada, kita semakin menyakiti orang lain dan diri kita sendiri. Tuhan marah karena ketidaksetiaan Israel. Namun demikian Tuhan Allah bukanlah Allah yang pendendam, sekalipun umat-Nya berbuat dosa. Ia mau mengampuni umat-Nya yang bertobat. Bagi kita, lebih baik jika kita tidak menyimpan amarah, sakit hati maupun dendam terhadap sesama kita, karena, itu akan merugikan diri kita sendiri. Jangan biarkan roh amarah itu menghinggapi diri kita. Tetapi kalahkanlah itu dengan roh kasih dimana kita selalu dimampukan untuk mengampuni dan selalu mengasihi sesama kita. (AR)
“Marah tanpa mau mengampuni akan merugikan diri sendiri.”
http://www.gkjw.web.id/amarah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar