Bacaan : Markus 9 : 42 – 50
Nyanyian : KJ 233
Nats : “Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain” [ayat 50b]
Nyanyian : KJ 233
Nats : “Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain” [ayat 50b]
Suatu hari ada sebuah team pastoral
jemaat sedang mengunjungi salah seorang warga jemaat. Di tengah perkunjungan
itu masing-masing dari mereka mendapatkan suguhan segelas teh hangat. Ketika
mereka mulai meminumnya, ada rasa aneh yang mereka rasakan. Bukannya terasa
enak atau sedap, namun terasa sangat asin di mulut. Ya, rupanya ketika membuat
teh tersebut sang pembantu bukannya memasukkan gula tetapi justru beberapa
sendok garam. Kontan saja seluruh anggota team pastoral berhenti seketika untuk
meminum air teh tersebut. Ya, siapa orangnya yang dapat menelan minuman yang sangat
asin?
Namun bukan teh sangat asin yang
hendak kita bicarakan dalam ayat bacaan kita kali ini. Tuhan Yesus memberikan
pesan kepada kita agar senantiasa dapat menjadi garam yang baik, garam yang
tidak tawar atau kehilangan rasa dan fungsinya sebagai penyedap masakan dan
pengawet yang mencegah proses pembusukan. Itu artinya bahwa sebagai
pribadi-pribadi yang mengikut Kristus kita diharapkan untuk menjadi orang yang
mampu membawa perubahan yang baik di tengah masyarakat, memberi rasa
sedap dalam kehidupan bersama, membawa damai dan menjadi saluran berkat dari
Allah.
Pada ayat 50b disampaikan agar
supaya kita senantiasa memiliki garam dalam diri kita. Sebab, bagaimana mungkin
kita dapat menggarami dunia ini bila kita tidak memiliki garam itu sama sekali?
Atau dengan kata lain bagaimana mungkin kita dapat membawa damai dan menerapkan
kasih Kristus pada dunia ini bila di dalam diri kita sendiri kita telah
kehilangan damai dan kasih itu sendiri? Bagaimana mungkin kita dapat berdamai
dengan orang lain bila hati kita masih rusuh? Marilah kita senantiasa menjadi
garam yang baik dan senantiasa memilikinya dalam hidup kita. Apakah garam itu?
Antara lain: kerukunan, kedisiplinan, kekaripan. Dengan begitu kehidupan di
lingkungan dan masyarakat kita senantiasa damai, menjadi sedap untuk dirasakan
dan indah untuk dipandang. Amin. [DK]
“Berbahagialah orang yang membawa
damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” [Matius 5:9]
- See more at:
http://www.gkjw.web.id/sedap#sthash.76rYyG06.dpuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar