Senin, 17 September 2012

Perjamuan Kasih


Bacaan : I Korintus 11: 17-26.
Pujian: KJ 260
Nats: “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang”(ayat. 26)
Pernahkah saudara makan ayam panggang yang dipadu dengan rawon? Ah, aneh banget! Bukankah ayam panggang lebih cocok jika dimakan dengan lalapan? Tapi, itulah yang saya alami setiap melayani Hari Raya Undhuh-undhuh di sebuah Pepanthan. Saat Undhuh-undhuh, setiap keluarga membawa makanan ke gereja untuk dimakan bersama-sama. Alhasil, di meja prasmanan tersedia berbagai makanan yang seringkali tidak nyambung seperti ayam panggang dan rawon tadi. Meski demikian, semua orang makan dengan nikmat dan penuh sukacita. Seakan-akan semua orang makan sambil berkata, “huihh…sedapp!!”
Perjamuan makan seperti itu juga terjadi di Korintus. Dari peringatan keras Paulus (ay. 17-22), kita melihat bahwa makanan menjadi sumber masalah di Jemaat ini. Seharusnya perjamuan jadi kesempatan bagi semua orang baik kaya atau miskin, orang merdeka atau hamba untuk menikmati makanan dan menghapus kesenjangan sosial. Mereka dipersatukan dalam perjamuan makan yang didasarkan atas kasih Kristus, karena itu disebut sebagai Perjamuan Kasih. Namun, ada beberapa golongan yang membawa makanan untuk dirinya sendiri dan membiarkan saudaranya kelaparan (ay.21). Kenyataan inilah yang dikecam oleh Paulus, ia mengingatkan bahwa makan bersama dalam sebuah komunitas beriman bukanlah untuk memenuhi kebutuhan duniawi saja, melainkan salah satu usaha untuk “memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.” (ay.26). Yang dipermasalahkan Paulus bukan makan atau tidak makan, namun karena mereka jor-joran. Sehingga, melupakan makna perjamuan makan itu: cinta kasih dan semangat berbagi.
Makan bersama, sampai sekarang juga menjadi kebiasaan kita di Kebaktian-kebaktian Patuwen/Kelompok. Namun makan bersama  bukan untuk menunjukan kemampuan diri, melainkan harus berdasar cinta kasih dan semangat berbagi. Dengan itu, apapun makanannya….kita bisa bilang, “huihh…sedapp!”. (Rhe).

“Kekayaan hidup bukan hanya dari apa yang kita dapatkan, namun apa yang kita berikan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar