Senin, 17 Maret 2014

Doa Untuk Bangsa Berdosa



Bacaan : Daniel 9 : 4 – 10
Nyanyian : Kj229
Nats : Kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu.[5]

Pernahkah anda mengalami mendengar berita tragis yang membuat anda secara naluriah langsung berdoa? Sekarang,  bayangkanlah kita mengucapkan                                                                                              doa seperti yang diucapkan oleh Daniel! Begitu dia mendengar berita tentang kehancuran yang terjadi di Yerusalem akibat ulah orang-orang Babel yang menduduki kota suci itu, Daniel langsung menghadap Allah dalam pertobatan. Pada awalnya hal seperti ini mungkin terasa aneh, teristimewa apabila kita ingat bahwa Daniel adalah seorang yang benar yang sikap dan perilaku sehari-harinya jauh dari dosa. Akan tetapi, doa Daniel yang dipetik dalam bacaan hari ini memberikan kepada kita suatu pandangan sekilas tentang hati orang ini, yang secara mendalam mengidentifikasikan dirinya dengan seluruh umat Allah yang dipenuhi dosa dan salah.
Daniel tidak menyalahkan atau menghakimi bangsa berdosa itu. Dia tidak menempatkan dirinya di luar bangsanya yang berdosa itu. Ia mengakui bahwa dirinya merupakan bagian dari umat Allah  yang berdosa itu, dan musibah apa pun yang menimpa umatnya terasa menimpa dirinya juga. Oleh karena itu, dengan rendah hati Daniel berdoa, “Kami telah berbuat dosa dan salah”, “Ya Tuhan ampunilah!” (lihat Dan 9:5,19).
Ini mengajarkan kita kepada jenis doa yang serupa selagi kita melakukan syafaat bagi orang-orang lain. Kita semuanya saling berhubungan satu sama lain. Karena itu setiap kali salah seorang dari kita berdosa maka kita semua ikut menderita karena keberdosaan itu. Demikian pulalah jika dosa itu terjadi di gereja atau jemaat kita. Seharusnya kita tidak menempatkan diri di luar keberdosaan itu. Doa semacam ini sangatlah relevan bagi umat Kristiani di tengah bangsa Indonesia, bangsa yang dipenuhi kefasikan, kesalahan dan penyimpangan. Doa pengakuan semacam ini menunjukkan jiwa nasionalisme dan sepersekutuan kita. Jiwa semacam ini menjadi dorongan untuk turut bertanggung jawab atas dosa dan kesalahan ini dan untuk turut memperbaikinya. Dan kemudian kita bersama-sama melangkah maju ke dalam rahmat kemerdekaan Allah. [HB]
“Mengakui kesalahan adalah jiwa besar, bukan kelemahan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar