Bacaan : Luk. 6: 39-42.
Nyanyian: KJ 467
Nats : “Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.” (ayat 42)
Nyanyian: KJ 467
Nats : “Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.” (ayat 42)
Généyå
akèh wóng kang dhêmên nyatur alaníng liyan lan ngalêmbånå awaké dhéwé? Sêbabé
ora liya margå wóng-wóng síng kåyå ngono mau ora ngêrti yèn pênggawé mau klêbu
pakarti kang ora prayogå, mula prêlu dingêrtèkaké. Awít yèn ora énggal-énggal
nyingkiri pakarti kang ora bêcík mau, wusanané dhèwèké kang bakal diêmóhi
déníng pasrawungan (Kunci Sukses Pergaulan Kaidah 13).
(Kenyataannya banyak orang yang suka mencela orang lain dan
memuji diri sendiri? Sebabnya tidak lain karena orang-orang seperti itu tidak
tahu bila perbuatan itu termasuk watak yang tidak terpuji, makanya perlu
diperingatkan. Sebab bila tidak segera menghindari watak yang tidak baik itu,
berakibat dia sendiri akan dijauhi dalam pergaulan).
Sudah jadi hal yang umum kalau seseorang memang paling mudah
melihat kesalahan orang lain dari pada kekurangan dirinya sendiri. Jadi kalau
sudah tahu seperti itu langkah yang paling bijaksana adalah kerja sama. Cari
orang yang mau dengan tulus mengoreksi kesalahan kita. Yang paling tepat yaitu
pasangan kita atau orang-orang terdekat kita. Saya paling sering dapat koreksi
dari istri, kalau ada yang kurang tepat dalam renungan yang saya sampaikan.
Bahkan, setelah saya turun dari mimbar, saya sering minta pendapat anak-anak
saya yang sudah dewasa. Mereka berhak mengoreksi bapaknya demi kebaikan
bersama. Untuk itu dibutuhkan kerendahan hati dan keterbukaan.
Saya sangat bersyukur ketika
istri maupun anak-anak saya mau dan berani mengoreksi kekurangan dan kesalahan
saya.(HB)
Lebih baik teguran
menyakitkan tapi membangun, dari pada pujian manis yang menjerumuskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar