Bacaan:
Yohanes 6: 22-29
Nyanyian: KJ 400
Nyanyian: KJ 400
Kita tentu pernah bahkan sering mendengar ungkapan “Carilah
ilmu sampai ke negeri Cina”. Makna dari ungkapan tersebut adalah ajakan bagi
setiap kita untuk tidak pernah lelah mencari ilmu atau belajar sampai setinggi-tingginya.
Sebab negara Cina, dikenal sebagai negeri pengetahuan di jaman dahulu. Memang,
untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkan, seseorang perlu mencari terlebih
dahulu, dengan sungguh-sungguh.
Itulah juga yang sedang dialami oleh banyak orang manakala
mereka mencari Tuhan Yesus. Tanpa lelah, mereka berusaha mencari Tuhan Yesus.
Dan akhirnya, pencarian mereka menemukan hasilnya. Mereka menemukan Tuhan
Yesus di seberang laut (ay. 25). Namun apa yang terjadi? Ketika mereka berusaha
menyapa Tuhan Yesus, Dia justru berkata “…sesungguhnya kamu mencari Aku,
bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan
roti itu dan kamu kenyang”. Ternyata, harapan mereka berbeda dengan harapan
Tuhan Yesus akan pencarian mereka terhadapNya. Harapan mereka ketika bertemu
dengan Tuhan Yesus adalah “menjadi kenyang”, sementara harapan Tuhan Yesus
adalah mereka mencari-Nya bukan sekedar untuk makanan yang fana, melainkan
kehidupan yang kekal. Ya, Tuhan Yesus memang menyediakan makanan bagi mereka.
Namun tujuan akhirnya bukanlah makanan itu, melainkan bagaimana setiap orang
yang telah bertemu denganNya, berusaha mencari dengan sungguh-sungguh (Yesus
memakai kata kerja: bekerja) supaya dapat sampai pada kehidupan yang kekal. Dan
kesungguhan pencarian setiap orang, terletak pada rasa percayanya kepada Yesus
yang diutus oleh Allah untuk menjadi jalan kepada kehidupan yang kekal
tersebut.
Merenungkan hal ini, terbit sebuah pertanyaan: Apakah kita
pun sudah berusaha mencari dengan sungguh-sungguh agar kita dapat sampai pada
kehidupan yang kekal? Anugerah keselamatan, memang sudah diberikan kepada kita.
Tetapi hal itu bukan tanpa syarat, sebab syarat untuk itu adalah: percaya
kepada Yesus. Percaya itu sepintas mudah, namun sebenarnya tidaklah semudah
itu. Sebab percaya itu berarti: mempercayakan hidup, sepenuh-penuhnya. Tidak
ada lagi aku, tetapi hanya Dia. Sanggup? Amin. [Cahyo]
Iman itu mempercayai, mempercayakan
dan dapat dipercaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar