Bacaan: Markus 9:30-41 | Nyanyian: KJ. 367
Nats: Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” (ayat 35)
Nats: Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” (ayat 35)
Dalam hidup ini kita bisa banyak
belajar dari semua kejadian yang kita lihat maupun kita dengar. Dr. Andar
Ismail menulis di majalah Inspirasi dengan judul Sulitnya mengaku kalah. Ada
seseorang yang sudah berusaha untuk menjadi pemenang dalam sebuah laga atau
pertandingan dengan berbagai cara untuk memperoleh kemenangan. Saat dia
dinyatakan kalah oleh penyelenggara pertandingan, dia tidak bisa menerima
pernyataan itu. Ternyata mengaku kalah tidak semudah yang kita bayangkan.
Padahal sebelum pertandingan sudah ada kesepakatan bahwa semua peserta siap
menang dan siap kalah. Tetapi toh tidak semudah itu kenyataanya. Pihak yang
kalah mengatakan dengan geram bahwa “Saya tidak terima. Ini sebuah kecurangan. Saya
akan menuntut.” Semua ini bisa terjadi karena ada beberapa kebiasaan yang salah
dalam sebuah keluarga atau di tengah masyarakat. Orang menganggap kekalahan
adalah sebuah aib sehingga segala cara digunakan untuk memperoleh kemenangan.
Padahal betapa banyak tokoh masyarakat atau pejabat yang dipermalukan di depan
umum karena tertangkap KPK, padahal sebelumnya menjadi pemenang dalam sebuah
pemilihan.
Tuhan Yesus memiliki cara yang lebih
bijaksana dalam mendidik murid-muritNya. Kata-Nya kepada mereka: “Jika
seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari
semuanya dan pelayan dari semuanya.” Jadi di sini pemimpin atau pejabat yang
ingin berhasil menjadi yang terbesar harus menjadi pelayan. Pelayan yang baik
pasti akan dijauhkan dari sikap sombong, angkuh dan mementingkan diri sendiri.
Pelayan merasa tidak mempunyai sesuatu di dalam dirinya untuk dibanggakan. Yang
dibanggakan hanya satu, yaitu kebahagiaan yang dilayani. Yang dibanggakannya
adalah justru orang-orang yang dilayaninya. Itulah kerendahan hati.
Jadi untuk menjadi pemimpin, baik di
masyarakat, di tempat kerja, apalagi di dalam pelayanan gereja, rendah hati
menjadi syarat utama. Tidak bisa ditawar lagi. Selamat belajar menjadi rendah
hati dan dikasihi Allah. [HB]
“Siapa
merendahkan diri akan ditinggikan.”
http://www.gkjw.web.id/rendah-hati-2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar