Senin, 19 Januari 2015

Rendah Hati



Bacaan: Markus 9:30-41 | Nyanyian:  KJ. 367
Nats:
Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” (ayat 35)
Dalam hidup ini kita bisa banyak belajar dari semua kejadian yang kita lihat maupun kita dengar. Dr. Andar Ismail menulis di majalah Inspirasi dengan judul Sulitnya mengaku kalah. Ada seseorang yang sudah berusaha untuk menjadi pemenang dalam sebuah laga atau pertandingan dengan berbagai cara untuk memperoleh kemenangan. Saat dia dinyatakan kalah oleh penyelenggara pertandingan, dia tidak bisa menerima pernyataan itu. Ternyata mengaku kalah tidak semudah yang kita bayangkan. Padahal sebelum pertandingan sudah ada kesepakatan bahwa semua peserta siap menang dan siap kalah. Tetapi toh tidak semudah itu kenyataanya. Pihak yang kalah mengatakan dengan geram bahwa “Saya tidak terima. Ini sebuah kecurangan. Saya akan menuntut.” Semua ini bisa terjadi karena ada beberapa kebiasaan yang salah dalam sebuah keluarga atau di tengah masyarakat. Orang menganggap kekalahan adalah sebuah aib sehingga segala cara digunakan untuk memperoleh kemenangan. Padahal betapa banyak tokoh masyarakat atau pejabat yang dipermalukan di depan umum karena tertangkap KPK, padahal sebelumnya menjadi pemenang dalam sebuah pemilihan.
Tuhan Yesus memiliki cara yang lebih bijaksana dalam mendidik murid-muritNya. Kata-Nya kepada mereka: “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” Jadi di sini pemimpin atau pejabat yang ingin berhasil menjadi yang terbesar harus menjadi pelayan. Pelayan yang baik pasti akan dijauhkan dari sikap sombong, angkuh dan mementingkan diri sendiri. Pelayan merasa tidak mempunyai sesuatu di dalam dirinya untuk dibanggakan. Yang dibanggakan hanya satu, yaitu kebahagiaan yang dilayani. Yang dibanggakannya adalah justru orang-orang yang dilayaninya. Itulah kerendahan hati.
Jadi untuk menjadi pemimpin, baik di masyarakat, di tempat kerja, apalagi di dalam pelayanan gereja, rendah hati menjadi syarat utama. Tidak bisa ditawar lagi. Selamat belajar menjadi rendah hati dan dikasihi Allah.  [HB]
“Siapa merendahkan diri akan ditinggikan.”
http://www.gkjw.web.id/rendah-hati-2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar