Bacaan
: 2 Timotius 1 : 1 – 8
Nats : Ayat 7
Pujian : KJ 416
Nats : Ayat 7
Pujian : KJ 416
Phobia adalah bahasa psikologi yang digunakan untuk
menggambarkan rasa takut berlebihan yang tidak rasional pada sesuatu atau
sebuah keadaan tertentu. Seringkali penderita phobia ini tidak dapat mengontrol
rasa takutnya dan dapat mengganggu akitifitas sehari-hari. Phobia ternyata
banyak sekali jenisnya: ada orang yang mengidap Achluophobia (takut gelap),
Aichmophobia (takut ujung runcing), Demophobia (takut pada kerumunan orang),
Ecclesiophobia (takut pada Gereja), Lachanophobia (takut pada sayuran) dan
bahkan ada yang takut bertemu saya karena mengidap Venustraphobia (takut pada
perempuan cantik). Sejujurnya saya adalah seorang Hemophobia, saya takut
setengah mati saat melihat darah. Saya pernah hampir saja jatuh pingsan
gara-gara melihat darah ayam di dalam mangkok, gemetar saat mengunjungi warga
jemaat yang sedang menerima transfusi darah dan selalu menghindari acara donor
darah di Gereja. Pokoknya takut!
Ketakutan memang dapat melumpuhkan dan melemahkan kita,
padahal siapa manusia yang tak takut pada apapun? Saking bahayanya rasa takut
itu, penulis surat kedua pada Timotius menyinggung hal ini dalam pembukaan
suratnya. Ia mengawali suratnya dengan sebuah ucapan syukur yang panjang
berkenaan dengan keberadaan Timotius dan imannya yang tulus iklas (ay. 3-5).
Timotius sering disebut dalam Perjanjian Baru sebagai utusan dan rekan akrab
Rasul Paulus. Dengan demikian kita bisa membayangkan beban berat yang
ditanggung Timotius dalam memberitakan injil Kristus. Karena itulah, dalam ay.
7 penulis surat menguatkan Timotius dengan mengingatkan bahwa “Allah tidak
memberi roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan
ketertiban.”
Ketakutan memang sangat manusiawi, tapi Tuhan justru memberi
roh yang membangkitkan kekuatan bagi saya dan saudara yang dilumpuhkan oleh
ketakutan. Mari bangkit dari keterpurukan, maju dari kegagalan dan lepas dari
ketakutan karena Tuhan sudah mengaruniakan roh kekuatan. [Rhe]
Ketakutan akan kegagalan lebih
berbahaya ketimbang kegagalan itu sendiri. [Mario
Teguh]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar