Rabu, 29 Januari 2014

Phobia



Bacaan : 2 Timotius 1 : 1 – 8
Nats : Ayat 7
Pujian : KJ 416
Phobia adalah bahasa psikologi yang digunakan untuk menggambarkan rasa takut berlebihan yang tidak rasional pada sesuatu atau sebuah keadaan tertentu. Seringkali penderita phobia ini tidak dapat mengontrol rasa takutnya dan dapat mengganggu akitifitas sehari-hari. Phobia ternyata banyak sekali jenisnya: ada orang yang mengidap Achluophobia (takut gelap), Aichmophobia (takut ujung runcing), Demophobia (takut pada kerumunan orang), Ecclesiophobia (takut pada Gereja), Lachanophobia (takut pada sayuran) dan bahkan ada yang takut bertemu saya karena mengidap Venustraphobia (takut pada perempuan cantik). Sejujurnya saya adalah seorang Hemophobia, saya takut setengah mati saat melihat darah. Saya pernah hampir saja jatuh pingsan gara-gara melihat darah ayam di dalam mangkok, gemetar saat mengunjungi warga jemaat yang sedang menerima transfusi darah dan selalu menghindari acara donor darah di Gereja. Pokoknya takut!
Ketakutan memang dapat melumpuhkan dan melemahkan kita, padahal siapa manusia yang tak takut pada apapun? Saking bahayanya rasa takut itu, penulis surat kedua pada Timotius menyinggung hal ini dalam pembukaan suratnya. Ia mengawali suratnya dengan sebuah ucapan syukur yang panjang berkenaan dengan keberadaan Timotius dan imannya yang tulus iklas (ay. 3-5). Timotius sering disebut dalam Perjanjian Baru sebagai utusan dan rekan akrab Rasul Paulus. Dengan demikian kita bisa membayangkan beban berat yang ditanggung Timotius dalam memberitakan injil Kristus. Karena itulah, dalam ay. 7 penulis surat menguatkan Timotius dengan mengingatkan bahwa “Allah tidak memberi roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.”
Ketakutan memang sangat manusiawi, tapi Tuhan justru memberi roh yang membangkitkan kekuatan bagi saya dan saudara yang dilumpuhkan oleh ketakutan. Mari bangkit dari keterpurukan, maju dari kegagalan dan lepas dari ketakutan karena Tuhan sudah mengaruniakan roh kekuatan. [Rhe]
Ketakutan akan kegagalan lebih berbahaya ketimbang kegagalan itu sendiri. [Mario Teguh]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar