Senin, 23 April 2012

Seminar Misi dan Budaya


Pada hari Sabtu tanggal 21 April 2012, di GKJW Jemaat Malang mulai pukul 16.00 WIB dilaksanakan kegiatan Seminar Misi Budaya dengan penyelenggara Komisi Pembinaan Telogia yang dihadiri tidak kurang dari 120 peserta dari GKJW se MD Malang I, sebagian GKJW MD Malang II dan III (23 Jemaat) serta beberapa warga non GKJW (GKI dan Katholik). Acara dibuka dengan Doa yang dipimpin oleh GI Eva Tulak P. Acara ini dibuka oleh Pdt Puspo Gardjito mewakili Majelis Jemaat GKJW Jemaat Malang. Beliau dalam sambutannya menyampaikan selamat datang dan terima kasih atas peran serta peserta yang telah datang menghadiri seminar tersebut diatas. Dan Pdt Puspo juga menyampaikan semoga dengan acara ini dapat diambil manfaatnya dan dapat dipergunakan bekal dan tambahan ilmu didalam pelayanan di Gereja maupun ditengah-tengah masyarakat.
Pada acara ini menampilkan 2 (DUA) pembicara yaitu Pdt Sukotiyarno Christin dan Budayawan KP Sena Adiningrat. Untuk pemandu acara ini adalah Astiko S. Akas SE, MM. 
Pdt. Sukotiyarno mengawali dengan   sedikit mengupas Buku “Yesus Budayawan Sejati” yang ditulis MA GKJW dalam rangka HUT GKJW ke 80. Sebagai pendahuluan beliau menyampaikan bahwa agama lahir dan berkembang dalam iklim dan budaya tertentu. Hal ini menimbulkan tantangan dalam perkembangan sebuah agama. Yang pertama adalah bagaimana agama bisa beradaptasi dengan budaya setempat yang masalahnya biasanya agama dibawa dari daerah tertentu beserta budayanya sehingga mengabaikan budaya local.  Yang kedua tantangannya adalah ketika agama itu ada, pengikutnya berusaha memilah milah unsure budaya dan yang ilahi sehingga mempengaruhi budaya local yang sudah ada. Pada budaya awal kekristenan terdapat 4 iklim yang perubahannya cepat dan radikal. Diawal kekritenan juga berkembang didaerah gurun yang keras dan sulit sehingga muncul individulisme. Dan pada awal kekristenan juga kepada siapa saja yang berbeda dianggap mungsuh. Hal ini berbanding terbalik ketika kita melihat dan merasakan budaya Jawa yang dipengaruhi 2 iklim yang berubah secara perlahan lahan sehingga muncul salah satunya istilah alon alon waton kelakon. Di Nusantara dan jawa khusunya alamnya subur dan melimpah sumber pangan sehingga munculah gotong royong. Dan yang paling mencolok adalah yang berbedapun diterima seperti sadulur (harmoni dengan semua ciptaan).
Tetapi apa yang terjadi saat ini, Pdt Suko menyatakan bahwa gotong royong sudah mulai menipis dan persaingan semakin kuat, pasaduluran tergerus, fanatisme meningkat, sikap memusuhi mudah tersulut, industrialisasi mengikis keharmonisan.
Menghadapi hal seperti ini menjadi tantang GKJW untuk selalu lembut melawan radikalisme, memberlakukan Injil sesuai dengan budaya Jawa dan meningkatkan pasaduluran dengan kepedulian social.
Bagaimana dengan Bahasa Jawa ?, Pdt Suko menuturkan bahwa Bahasa di Injil ditulis dalam bahasa  yang dibutuhkan umat (Kis 2:4-12). Bahasa merupakan salahsatu identitas kita. Dalam pelayanan, penggunaan bahasa juga perlu kebijaksaaan kita, perlu atau tidak penggunaannya adalah sebuah kebutuhan. Kalau didalam umat tersebut memerlukan Bahasa Jawa sebagai perngantar, maka kita perlu menyampaikan dalam Bahasa Jawa, begitu pula sebaliknya. Beliau juga menyampaikan perlunya kita melestarikan budaya Jawa mengingat sudah ada bangsa lain yang ikut melestarikan.

KP. Sena Adiningrat pada sesi kedua juga menyampaikan setuju kalau Budaya Jawa terus dilestarikan karena itu merupakan identitas suatu daerah/ Budaya Lokal. Dengan melestarikan budaya local kita juga bias mempererat tali persaudaraan dengan umat lain. Memang bahwa budaya kita juga dipengaruhi oleh budaya lain, hal ini bias terjadi karena banyak interaksi antar budaya yang terjadi. Kekritenan di Indonesia banyak diengaruhi Budaya pembawa ajaran Kristen pertama kali yakni Belanda. Perlu diketahui bersama bahwa Kekristenan tidak pernah lepas dari Budaya Timur Tengah sebagai awal lagirnya kekristenan.  Karena Kristen Jawa dipengaruhi oleh Belanda sehingga apapun yang tidak kebelanda belanaan dilarang pada awal perkembangan Kristen di Bumi Nusantara khusunya Jawa. Banyak ajaran Kristen Jawa yang disampaikan dalam pengajarannya oleh Kyai Tungul Wulung dan Kyai Sadrah banyak ditentang. Tetapi bagi saat ini ajaran kedua Beliau sangat diperlukan, mengingat dengan Budaya Lokal kita bisa menyatu dengan masyarakat local. Pada akhirnya KP Sena Adiningrat mengingatkan bahwa GKJW Adalah Gereja Gerakan Warga, dalam konteks budaya, maka setiap warga GKJW berkewajiban melestarikan Budaya Jawa di tengah tengah masyarakat. (CYP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar