Bacaan: Matius 5 : 38 –
42 | Pujian: KJ 441
Bagian perikop yang menjadi bacaan kita saat ini termasuk
salah satu bagian yang terkenal dari kotbah Tuhan Yesus di bukit. Ini sekaligus
juga menjadi bagian yang sulit untuk diterjemahkan, apalagi dilakukan.
Bayangkan, sudah ditampar pipi yang sebelah kanan (selain terasa sakit, tentu
juga merasa terlecehkan), bukannya diijinkan membalas, tapi kita malah disuruh
memberikan pipi yang sebelah kiri. Bukannya menahan baju yang diminta orang
lain, namun justru kita diminta untuk memberikan jubah kita. Lalu, bagaimana
kita harus menterjemahkannya dalam kehidupan nyata?
Paling tidak, ada dua jenis orang yang ingin memahami bacaan
kita hari ini. Jenis yang pertama adalah kelompok orang yang belum apa-apa
sudah menganggap bahwa hukum ini mustahil untuk dilakukan. Sedangkan jenis yang
kedua adalah sekumpulan orang yang mamahami bahwa betapa pun mustahilnya hukum
ini dilakukan, ya harus tetap dilakukan. Sebab, bukankah ini perintah Tuhan
sendiri? Lalu kita sendiri, masuk jenis yang mana?
Tidak bisa dipungkiri bahwa hukum “mata ganti mata dan gigi
ganti gigi” haruslah dilihat dari konteks keadilan, dan bukan ditujukan sebagai
dasar balas dendam pribadi. Celakanya, hal ini justru disalah-artikan oleh para
pemimpin agama saat itu. Itulah sebabnya Tuhan Yesus menyempurnakan hukum ini.
Sebab sebaik-baiknya hukum mata ganti mata dan gigi ganti gigi dalam konteks
keadilan, bagi Tuhan Yesus adalah jauh lebih baik jika seseorang merelakan
dirinya bagi orang lain. Sekalipun mungkin itu membuat dirinya menderita. Sebab
dengan demikian, kasih itu digenapi sepenuh-penuhnya dan tentu
setulus-tulusnya.
Sebab itu, tidak ada cara lain untuk melakukan hukum itu
selain terus belajar dan berupaya mengembangkan kasih kita. Sebab tantangan
yang sebenarnya dari kasih kita adalah: merelakan diri, bahkan penderitaan
kita, untuk orang lain. Bukan hanya untuk mereka yang mengasihi kita, namun
juga yang ingin menghancurkan kita. Semoga makin hari, kita makin dimampukan
menjawab tantangan itu. Amin. [Cahyo]
Kasih butuh dikembangkan menjadi
makin benar, besar dan nyata.
- See more at:
http://www.gkjw.web.id/tantangan-yang-sebenarnya#sthash.9QMIQcmz.dpuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar