Senin, 13 Agustus 2012

Batu Sandungan


Bacaan : Matius 17:22-27.
Pujian: KJ 235

Nats: “Tetapi supaya kita jangan menjadi batu sandungan bagi mereka…” (ay.27a)
Pernahkah saudara kesandung? Saya yakin, pasti pernah!
Lalu, apa yang biasanya membuat saudara kesandung? Hmmm…mungkin gara-gara anak tangga atau batu kecil yang tidak terlihat. Namun adakah di antara saudara yang pernah kesandung gara-gara Gunung Lawu atau Gunung Semeru? Ah…yang benar saja! Mana mungkin kesandung gara-gara gunung sebesar itu?
Tak mungkin kita kesandung gunung, karena tak mungkin kita tak melihatnya. Demikianlah, kita seringkali hanya waspada terhadap dosa atau kesalahan yang kita anggap besar. Padahal, justru perkara-perkara kecilah yang seringkali jadi batu sandungan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Perkara kecil inilah yang diwaspadai pula oleh Tuhan Yesus dalam bacaan kita hari ini. Saat memasuki Kota Kapernaum, ada seorang pemungut bea Bait Allah yang menghampiri Petrus dan menanyakan apakah Tuhan Yesus akan membayar bea. Bea Bait Allah adalah semacam pajak yang harus dibayarkan oleh semua orang Yahudi dewasa (diatas 20 tahun) setiap tahunnya. Besarnya bea tersebut adalah 2 Dirham yang sama dengan setengah syikal Yahudi. Nampaknya jumlah uang ini tak terlalu besar. Pada ay. 26-27 Yesus sedang menjelaskan kepada Petrus bahwa sebagai Anak Allah sebenarnya Dia tak perlu membayar bea itu. Namun, dengan alasana agar “…jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka…” (ay. 27a), Yesus meminta Petrus mendapatkan uang koin dirham dengan cara yang unik (ay.27b), yaitu memancing dan mengambil uang koin di dalam mulut ikan yang ditangkap.
Demikianlah Tuhan Yesus memberikan contoh tentang kebijaksanaan untuk teliti dan tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. Karena batu sandungan tidak pernah ada dalam bentuk perkara-perkara sebesar gunung, namun dalam perkara-perkara sekecil batu kerikil. Mari belajar untuk setia pula dalam hal kecil, agar kita tak tersandung dan tidak menjadi batu sandungan. (Rhe)
“Agar hidup kita tak menjadi batu sandungan, buanglah dulu batu-batu itu dari hidup kita”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar