Jumat, 03 Agustus 2012

Jangan Memandang Muka


Bacaan : Matius 13:53-58.
Pujian: KJ 281

Nats: “Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat yang diadakan-Nya di situ” (ay.58)
Ada sebuah keluarga muda yang unik di Jemaat tempat saya melayani. Sang suami lahir dari ayah Ambon dan Ibu Sulawesi, sang isteri berayah Ambon dan beribu Jawa. Sewaktu pasangan ini dikaruniai bayi cantik, hal pertama yang saya tanyakan saat tilik bayi adalah, “Jadi, si bayi cantik ini anak suku apa?” Dengan sigap dan tersenyum si Ayah berkata, “Anak saya ini suku-nya JaSuBon Bu Pendeta! Alias, campur aduk antara Jawa, Sulawesi dan Ambon.”
http://pendoasion.files.wordpress.com
Bagi kebanyakan orang, latar belakang dan identitas keluarga dari seseorang sangat penting. Anak jenderal tentu lebih dihormati daripada anak tukang parkir. Demikian pula yang dipikirkan oleh orang banyak di tempat asal Yesus. Mereka sempat takjub saat mendengar pengajaran Yesus yang luar biasa (ay. 54). Namun, setelah mereka menyadari siapa Yesus, siapa ibu dan saudara-saudaraNya, rasa kagum itu berubah menjadi kekecewaan dan penolakan. Mereka kecewa pada Yesus karena mereka tahu latar belakang keluargaNya. Mereka menolak Yesus karena bagi mereka tidak mungkin anak seorang  tukang kayu bisa memiliki hikmat dan mujizat yang besar. Logika inilah yang kemudian membuat mereka tidak percaya. Ternyata, ketidakpercayaan orang-orang Nazaret itu berimplikasi besar. Penulis Injil Matius menulis, “Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ.” (ay. 58). Ke-ngeyel-an orang-orang Nazaret ini hanya membawa kerugian besar! Ternyata, Anak Allah berkenan hadir sebagai Anak tukang kayu.
Iman kepada Tuhan, seringkali tidak bisa dilogikakan. Berkat Tuhan tidak bisa dihitung dua tambah dua sama dengan empat saja. Dengan percaya, dua tambah dua bisa jadi lima, atau sepuluh! Dengan percaya, yang lemah dikuatkan, yang jatuh dibangkitkan dan yang sakit disembuhkan. Hari ini, mari belajar untuk percaya pada Tuhan bukan hanya dengan logika dan kekuatan kita. Namun, mempersilahkan Tuhan untuk berkuasa atas hidup kita. Percayalah! (Rhe)
“Percaya pada Tuhan adalah bahan bakar paling dahsyat untuk “mesin” hidup kita!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar