Bacaan : Matius
13:53-58.
Pujian: KJ 281
Nats: “Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat yang diadakan-Nya di situ” (ay.58)
Pujian: KJ 281
Nats: “Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat yang diadakan-Nya di situ” (ay.58)
Ada sebuah keluarga muda yang unik di Jemaat tempat saya
melayani. Sang suami lahir dari ayah Ambon dan Ibu Sulawesi, sang isteri
berayah Ambon dan beribu Jawa. Sewaktu pasangan ini dikaruniai bayi cantik, hal
pertama yang saya tanyakan saat tilik bayi adalah, “Jadi, si bayi cantik ini anak
suku apa?” Dengan sigap dan tersenyum si Ayah berkata, “Anak saya ini suku-nya
JaSuBon Bu Pendeta! Alias, campur aduk antara Jawa, Sulawesi dan Ambon.”
http://pendoasion.files.wordpress.com |
Bagi kebanyakan orang, latar belakang dan identitas keluarga
dari seseorang sangat penting. Anak jenderal tentu lebih dihormati daripada
anak tukang parkir. Demikian pula yang dipikirkan oleh orang banyak di tempat
asal Yesus. Mereka sempat takjub saat mendengar pengajaran Yesus yang luar
biasa (ay. 54). Namun, setelah mereka menyadari siapa Yesus, siapa ibu dan
saudara-saudaraNya, rasa kagum itu berubah menjadi kekecewaan dan penolakan.
Mereka kecewa pada Yesus karena mereka tahu latar belakang keluargaNya. Mereka
menolak Yesus karena bagi mereka tidak mungkin anak seorang tukang kayu
bisa memiliki hikmat dan mujizat yang besar. Logika inilah yang kemudian
membuat mereka tidak percaya. Ternyata, ketidakpercayaan orang-orang Nazaret
itu berimplikasi besar. Penulis Injil Matius menulis, “Dan karena
ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ.” (ay. 58).
Ke-ngeyel-an
orang-orang Nazaret ini hanya membawa kerugian besar! Ternyata, Anak Allah
berkenan hadir sebagai Anak tukang kayu.
Iman kepada Tuhan, seringkali
tidak bisa dilogikakan. Berkat Tuhan tidak bisa dihitung dua tambah dua sama
dengan empat saja. Dengan percaya, dua tambah dua bisa jadi lima, atau sepuluh!
Dengan percaya, yang lemah dikuatkan, yang jatuh dibangkitkan dan yang sakit
disembuhkan. Hari ini, mari belajar untuk percaya pada Tuhan bukan hanya dengan
logika dan kekuatan kita. Namun, mempersilahkan Tuhan untuk berkuasa atas hidup
kita. Percayalah! (Rhe)
“Percaya pada Tuhan adalah bahan bakar paling dahsyat untuk
“mesin” hidup kita!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar