Bacaan : Lukas 18 : 9 – 14
Pujian : KJ 27
Nats : “….. Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini” [ayat 13]
Pujian : KJ 27
Nats : “….. Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini” [ayat 13]
Ketika ada seseorang yang
datang terlambat dalam sebuah ruang pertemuan, sesaat setelah ia melangkahkan
kaki memasuki ruang pertemuan, seketika itu juga semua orang yang sudah lebih
dulu datang akan memandang kepadanya. Tidak ada orang yang tanpa penilaian
dalam hatinya saat melihat orang tersebut. Mungkin ada yang beranggapan: “Aduh,
kasihan, mungkin macet di jalan” atau “Bagaimana bisa dia datang terlambat?”
atau “Memalukan, dia datang terlambat” dan masih banyak lagi anggapan yang
muncul.
Tentu sebagai manusia kita
mengharapkan bahwa orang lain akan memberikan penilaian baik kepada kita. Tidak
ada orang yang ingin dinilai buruk. Tanpa disadari, keinginan ini membuat
manusia berusaha sekuat tenaga untuk membangun citra diri yang baik dengan
berbagai cara. Parahnya lagi, bisa menjadi lebih sibuk mengurusi hal-hal yang
terlihat, daripada membangun kebaikan dari dalam hati.Hal ini pun menyebabkan
seseorang berusaha keras menyembunyikan keburukan sikapnya, tanpa diiringi
dengan upaya memperbaiki diri.Ya, hal ini pula yang terjadi dengan orang Farisi
yang sibuk menunjukkan segala kebaikannya di hadapan Tuhan Allah.Bukan sekedar
untuk menyampaikan kepada Tuhan saja, sekaligus menginginkan citra diri di
hadapan manusia tampak selalu baik.
Berbeda halnya dengan pemungut
cukai.Ia tidak peduli apakah orang lain akan menilai dirinya buruk atau bahkan
lebih buruk, ketika ia mengatakan kepada Allah bahwa ia adalah orang berdosa.
Si pemungut cukai itu hanya ingin jujur kepada Allah tentang siapa dirinya.“Ini
aku Tuhan, dengan segala dosaku.”Mungkin demikianlah bisa kita pahami bagaimana
jeritan hati si pemungut cukai.Ia tidak berseru dengan kesombongan
hatinya. Ya, “inilah aku’, sebuah kalimat yang akan mengantar kita pada
kejujuran hati di hadapan Allah.Tidak ada yang perlu ditutupi. Allah paling
mengerti apa yang ada di dalam hati kita. Justru saat kita jujur itulah, Allah
mengerti hati kita penuh kerinduan untuk mendapatkan pertolonganNya. Dengan
pertolonganNya itulah kita akan sampai pada citra diri yang sungguh baik, bukan
hanya di hadapan manusia, tapi juga di hadapan Tuhan. [dee]
Kerendahan hati memampukan kita bersikap apa adanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar