Sabtu, 09 Maret 2013

Ini Aku Tuhan


Bacaan :  Lukas 18 : 9 – 14
Pujian :  KJ 27
Nats : “….. Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini” [ayat 13]
Ketika ada seseorang yang datang terlambat dalam sebuah ruang pertemuan, sesaat setelah ia melangkahkan kaki memasuki ruang pertemuan, seketika itu juga semua orang yang sudah lebih dulu datang akan memandang kepadanya. Tidak ada orang yang tanpa penilaian dalam hatinya saat melihat orang tersebut. Mungkin ada yang beranggapan: “Aduh, kasihan, mungkin macet di jalan” atau “Bagaimana bisa dia datang terlambat?” atau “Memalukan, dia datang terlambat” dan masih banyak lagi anggapan yang muncul.
Tentu sebagai manusia kita mengharapkan bahwa orang lain akan memberikan penilaian baik kepada kita. Tidak ada orang yang ingin dinilai buruk. Tanpa disadari, keinginan ini membuat manusia berusaha sekuat tenaga untuk membangun citra diri yang baik dengan berbagai cara. Parahnya lagi, bisa menjadi lebih sibuk mengurusi hal-hal yang terlihat, daripada membangun kebaikan dari dalam hati.Hal ini pun menyebabkan seseorang berusaha keras menyembunyikan keburukan sikapnya, tanpa diiringi dengan upaya memperbaiki diri.Ya, hal ini pula yang terjadi dengan orang Farisi yang sibuk menunjukkan segala kebaikannya di hadapan Tuhan Allah.Bukan sekedar untuk menyampaikan kepada Tuhan saja, sekaligus menginginkan citra diri di hadapan manusia tampak selalu baik.
Berbeda halnya dengan pemungut cukai.Ia tidak peduli apakah orang lain akan menilai dirinya buruk atau bahkan lebih buruk, ketika ia mengatakan kepada Allah bahwa ia adalah orang berdosa. Si pemungut cukai itu hanya ingin jujur kepada Allah tentang siapa dirinya.“Ini aku Tuhan, dengan segala dosaku.”Mungkin demikianlah bisa kita pahami bagaimana jeritan hati si pemungut cukai.Ia tidak berseru dengan kesombongan hatinya.  Ya, “inilah aku’, sebuah kalimat yang akan mengantar kita pada kejujuran hati di hadapan Allah.Tidak ada yang perlu ditutupi. Allah paling mengerti apa yang ada di dalam hati kita. Justru saat kita jujur itulah, Allah mengerti hati kita penuh kerinduan untuk mendapatkan pertolonganNya. Dengan pertolonganNya itulah kita akan sampai pada citra diri yang sungguh baik, bukan hanya di hadapan manusia, tapi juga di hadapan Tuhan. [dee]
Kerendahan hati memampukan kita bersikap apa adanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar