SEGENAP MAJELIS DAN WARGA GKJW JEMAAT MALANG MENGUCAPKAN
SELAMAT TAHUN BARU 2013
TUHAN MEMBERKATI
Senin, 31 Desember 2012
Jadilah Terang
Bacaan : Yohanes 1 : 1 18.
Pujian: KJ 422
Nats: “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya” (ayat. 5)
Pujian: KJ 422
Nats: “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya” (ayat. 5)
Dalam sebuah raker KPK, di MD ST 2 seorang Pendeta pernah bilang jadilah lilin, bukan jadi mercon atau kembang api. Lilin memang nyalanya kecil tidak bisa membuat orang takjub dan terpesona. Tetapi dia lebih abadi,dan setiap saat sering kali dibutuhkan. Mercon atau kembang api memang sering membuat orang terkagum-kagum dan terpesona. Tetapi itu tidak bertahan lama, hanya sebentar saja. Contoh: ketika perut kita sakit,dan sedang dalam keadaan lampu mati,tentu lilin lebih kita butuhkan dari pada kembang api. Tetapi kenyataanya dalam hidup sehari-hari, kita sering lihat orang banyak mencari hal-hal yang spektakuler. Mereka menganggap Ibadah tidak sah kalau tidak ada mujizat besar yang terjadi,harus ada bahasa Roh, harus ada yang rebah dalam nama Yesus, dsb. Banyak hal-hal kecil ketika dilakukan dengan tulus, akan mendatangkan berkat yang sangat mengesankan bagi seseorang. Dalam sebuah pelayanan di LP Gresik,seorang pelayan menasehati Napinya untuk menjadi berkat di sini,tidak perlu muluk-muluk, cukup sederhana,ketika temen satu sel dalam keadaan sakit, pijiti punggungnya, tawarkan barang kali mau dikerokin. Itu saja sudah bisa jadi berkat. Jadi, meringankan beban yang dirasakan.
Jadi menjadi terang atau jadi berkat bisa di mana saja,kapan saja. Untuk menjadi terang tidak harus melakukan sesuatu yang spektakuler. Mulai saja dari hal-hal yang kecil. Mulai saja kepada orang-orang yang kecil, misalnya kepada pembantu rumah tangga, tukang bersih-bersih lingkungan, tukang sampah, kepada buruh, kepada petani, dsb. Mulailah dengan memberi minum atau jajan atau makanan. Yang penting lakukan dengan tulus untuk kemuliaan nama Tuhan. Ingat pemberian Tuhan Yesus yang pertama dalam pelayananNya? Adalah memberikan minuman, anggur, dalam pesta perkawinan di Kana. (HB)
“Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera”
Kamis, 27 Desember 2012
Kurang Peka
Bacaan : Yohanes 20:1-8.
Pujian : KJ 358
Nats: …”Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu dimana Ia diletakkan.” (ayat. 2b)
Pujian : KJ 358
Nats: …”Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu dimana Ia diletakkan.” (ayat. 2b)
Seorang pemuda sedang berjalan di padang pasir dengan wajah pucat dan terasa letih dengan menanggung beban persoalan yang sedang ia hadapi. Tiba-tiba sang pemuda berteriak, “Di mana Engkau, Tuhan?” Kemudian terdengarlah suara lembut, “Aku ada disampingmu.” Sang pemuda kembali berteriak, “Apa buktinya, Tuhan?” Jawab Tuhan, “Lihatlah kesamping, kamu akan melihat kedua telapak kaki.” Sang pemuda bertanya, “Telapak kaki siapa itu, Tuhan?”Jawab Tuhan kepada pemuda tersebut, “Itu adalah telapak kakiKu.”Sang pemuda merasa tenang dan bebannya terasa lebih ringan juga karena Tuhan ada disampingnya. Ketika pemuda tersebut melihat ke samping, ternyata telapak kaki Tuhan sudah tidak nampak lagi. Ia kembali berteriak, “Ke mana Engkau, Tuhan? Aku sudah tidak kuat lagi menghadapi masalah ini.”Terdengar kembali suara lembut, “Lihatlah ke bawah, telapak kaki siapa yang kamu lihat?”Jawab sang pemuda, “ Telapak kakiku, Tuhan.”“Itu bukan kakimu, melainkan kaki-Ku, karena Aku sedang menggendong kamu.”
Seperti halnya para murid Tuhan Yesus yang tidak memiliki kepekaan ketika Tuhan Yesus mengajar mereka bahwa Anak Manusia akan mati, tetapi akan bangkit kembali pada hari yang ketiga. Hal ini jelas, ketika mereka berujar: “Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.” Ini merupakan salah satu bukti lawatan Allah kepada para murid Tuhan Yesus yang tidak dirasakan oleh mereka dan itu juga sering terjadi dalam kehidupan kita. [DG]
“Kita perlu mengasah kepekaan untuk bisa merasakan kasih dan lawatan Allah”
Rabu, 26 Desember 2012
Rohing Ramamu Kang Ngandika
Waosan : Mateus 10: 17-22.
Pamuji : KPK 87: 1, 2.
Nats: “Awit dudu kowe kang caturan nanging Rohing Ramamu, kang ngandika lumantar kowe”(ayat. 20)
Pamuji : KPK 87: 1, 2.
Nats: “Awit dudu kowe kang caturan nanging Rohing Ramamu, kang ngandika lumantar kowe”(ayat. 20)
Adhedhasar sabdanipun Gusti ing
dinten punika, wonten paseksi tumrap pitulunganipun Gusti ingkang karaos nyata,
ing satengahing gesang pasamuwan. Wonten kathah pasamuwan ingkang kedah
pontang-panting anggenipun ngedegaken papan pangibadah. Salah satunggalipun
inggih pasamuwan ing GKJW punika. Sampun kirang langkung selangkung tahun greja
punika madeg lan sadangunipun wekdal punika boten wonten masalah kaliyan warga
masyarakat ing sakiwa tengenipun. Wekdal pasamuwan badhe miwiti anggenipun
ngrampungaken kewajiban murih grejanipun pikantuk IMB (Ijin
MendirikanBangunan), wonten saperangan warga masyarakat ingkang ngalang-alangi
lampahipun. Ngantos satunggaling dinten, dipunwotenaken pirembagan sesarengan
murih sedaya saged karampungaken kanthi manah lan pamikiran ingkang padhang
dening pemerintah desa.
Ingkang estu mbingahaken inggih
pembelaan punika boten medal saking pihak greja, ananging para sedherek
lintunipun ingkang sampun sesarengan gesang kirang langkung selangkung tahun
kaliyan umat Kristen GKJW punika. Ingkang dipunraosaken kawontenanipun greja
punika boten dados ancaman. Malah-malah sampun kathah perkawis kemasyarakatan
ingkang ugi dipunrantasi kanthi sangkul sinangkul kaliyan pihak greja. Cekaking
carios, proses IMB dipunlajengaken ngantos sarampungipun. Kalair saking raos
sokur dipunwontenaken pagelaran ringgit purwa kanthi pambiantu saking warga
masyarakat ing sakiwa tengenipun. Punika kabingahan kagem sedayanipun.
Pitulunganipun Gusti punika mesthi badhe dipunparingaken kagem sedaya para
kagunganipun. Ingkang kedah kita gatosaken punika lampah peladosan kita punika
sampun nyunaraken kasaenanipun Gusti lan karaosken dening tiyang kathah punapa
dereng? Menawi sampun, boten sisah adu otot, boten kedah nggelar demo. Gusti
mitulungi lumantar asil katresnan kita. [PKS]
“Pambudidaya sae, badhe nglairaken asil ingkang sae.”
Selasa, 25 Desember 2012
Jumat, 21 Desember 2012
Lawatan Yang Menyemangatkan
Bacaan :
Lukas 1: 39 – 45,
Pujian: KJ 424
Nats: “…berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda.” (ayat. 39)
Pujian: KJ 424
Nats: “…berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda.” (ayat. 39)
Kalau
tiba-tiba pintu rumah anda diketuk orang dan ketika anda membukanya, di sana
ada ajudan bapak Presiden yang mengatakan bahwa bapak Presiden ingin bertamu ke
rumah anda, apa yang akan anda lakukan dan apa yang anda rasakan? Bisalah
dibayangkan, bahwa mungkin kita tidak bisa melakukan apa-apa karena hati kita
terlalu dipenuhi kegembiraan dan keterkejutan. Bisa-bisa, kita bertanya:
benarkah semuanya ini bisa terjadi? Atau, apakah saya tidak bermimpi? Itu baru
bapak Presiden yang ingin datang. Bagaimana jika ternyata Tuhan, berkenan
melawat kita seperti yang terjadi atas diri Maria? Bagaimana kalau kemudian
kita bertamu ke rumah seseorang seperti Elisabet, dan sambutan pertamanya
kepada kita adalah: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah
buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku ?
(ayat 42-43). Apa yang ada di hati kita? Kebanggaan? Sukacita? Atau, yang lain?
Maria,
menerima lawatan Tuhan melalui kesediaannya dipakai Tuhan sebagai jalan
kelahiran Yesus di dunia. Lawatan Tuhan kepada Maria membangkitkan semangat
yang luar biasa kepadanya. Dia segera pergi menemui Elisabet yang sedang
mengandung bayi pioneer (yang mempersiapkan kedatangan) Sang Mesias yang
dikandung Maria. Perjalanan dari tempat Maria, di Nazaret, ke tempat Elisabet,
Yehuda, sangat jauh dan berat karena melewati pegunungan. Namun itu tidak
menyurutkan semangatnya memenuhi panggilan Allah untuk kelahiran Sang Mesias
itu. Lawatan Maria mendatangkan kegirangan yang besar bagi Elisabet dan bayi
yang dikandungnya. Kita sudah menerima lawatan Tuhan yang membawa keselamatan
kekal bagi kita. Sekarang giliran kita untuk melakukan lawatan dengan semangat
untuk membawa dan membagikan kegirangan bagi orang lain. Kegirangan karena
lawatan Tuhan itu, jangan kita nikmati sendiri. Mari kita bagikan dengan
oranglain. Amin. [Mbing]
Kegirangan kita menjadi kegirangan
Tuhan, jika kita bagikan dengan orang lain.
Kamis, 20 Desember 2012
Kanugrahan
Waosan : Lukas 1: 26-38.
Pamuji : KPK 211
Nats: “Aja wedi Maryam, awit kowe oleh sih-kanugrahan ana ing ngarsaning Pangeran.” (ayat. 30)
Pamuji : KPK 211
Nats: “Aja wedi Maryam, awit kowe oleh sih-kanugrahan ana ing ngarsaning Pangeran.” (ayat. 30)
Punapa ingkang kita raosaken
nalika kita nampi hadiah / berkat ingkang boten kita nyana-nyana? Tmmtu kita
rumaos bingah lan kebak saos sokur. Saestu bingahipun kagem brayat ingkang
sampun dangu ngrantos momongan, nalika Gusti Allah maringi momongan dhateng
brayat punika. Mekaten ugi bilih kita taksih dipun paringi gesang, saged
nyambut damel, saged pepanggihan kaliyan sanak sadherek. Sedaya punika wujud
berkahipun Gusti ingkang kita tampeni lan raosaken. Sedaya kabingahan ingkang
kita alami punikasih kanugrahan saking Gusti Allah. Bilih kita dipun paringi
kakiyatan, bagas kasarasan, kacekapan, karukunan ing brayat sedaya punika
minangka peparingipun Gusti Allah dhateng kita umatipun. Nalika malaekat
Gabriel ndhatengi Maryam, Maryam kaget, wonten punapa malaekatipun Gusti
ngrawuhi piyambakipun. Saking ngriku malaekat Gabriel martosaken kabar, bilih
Maryam badhe ngandut Putraning Allah. Maryam kaparingan sih kanugrahanipun
Gusti Allah karana Gusti karsa ngagem piyambakipun dados lantaran wiyosipun
Gusti Yesus ing donya. Saking pawartos punika, Maryam purun nampi punapa
ingkang dados karsanipun Gusti dhateng piyambakipun. Piyambakipun memuji sokur
dhateng Gusti Allah karana sih kanugrahan ingkang dipun tampi.
Rawuhipun Gusti Yesus dhateng
gesang kita mujudaken luhuring katresnanipun Gusti Allah dhateng kita. Sanes
manungsa ingkang ngupadi Gusti, nanging Gusti piyambak ingkang ngrawuhi kita.
Awit tamtu ewed sanget ngupadi Gusti wonten ing swarga. Malah rawuhipun Gusti
ngasta kanugrahan kangge kita.Sih kanugrahanipun Gusti Allah kaparingaken
dhateng kita arupi kawilujengan wonten ing Gusti Yesus Kristus. Kita ingkang
swaunipun tebih saking Allah karana dosa-dosa kita sapunika kita celak kaliyan
Gusti Allahwonten ing Gusti Yesus. Kita ingkang swaunipun gesang ing pepeteng
sapunika kita gesang ing pepadhang. Mila mangga kita tansah bebingah. Mangga
kita ngedum kabingahan punika dhateng tiyang sanes, sintena kemawon. (AR)
“Kabungahan dadi pratandha kanugrahaning Gusti”
Rabu, 19 Desember 2012
Kabar Baik
Bacaan: Lukas
1: 15-25, 8-11.
Pujian: KJ 452:1,2
Nats: Jawab malaikat itu kepadanya: “Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu (Ayat 19)
Pujian: KJ 452:1,2
Nats: Jawab malaikat itu kepadanya: “Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu (Ayat 19)
Sepasang suami istri sudah
menikah selama dua tahun dan belum dikaruniai anak. Suatu hari, istrinya harus
dioperasi karena ada gangguan di kandungan. Setelah selesai dioperasi, dokter
menyampaikan kepada suaminya, ”Jika dalam 1-2 tahun pasca operasi istri bapak
tidak hamil, kemungkinan besar bapak tidak akan memiliki anak.” Dua tahun
kemudian, apa yang ditakutkan keluarga ini benar-benar terjadi. Suami istri ini
sudah putus asa untuk mendapatkan buah hati. Pada tahun kesepuluh,
mujizat Tuhan terjadi bahwa dari hasil tes urin ibu tersebut dinyatakan hamil.
Sudah barang tentu berita dari dokter merupakan kabar baik untuk keluarga
tersebut. Sama halnya dengan keluarga Zakharia dalam bacaan hari ini, Tuhan
mengutus Gabriel untuk menyampaikan kabar baik, yaitu istri Zakharia mengandung
seorang anak yang harus diberi nama Yohanes (ayat 13 dan 19).
Kita diutus oleh Tuhan untuk
menyampaikan kabar baik kepada setiap orang agar manusia mengenal Yesus Kristus
sebagai Tuhan dan Juruselamat. Banyak orang mengalami kekalutan dalam kesulitan
hidup mereka. Kabar baik dari Tuhan, melalui kita, dinantikan oleh mereka.
Allah menghendaki kita, para “malaekat”Nya, mewujudkan lawatan Allah yang
membawa kabar baik dan kasih buat mereka. Sebab, Allah juga menginginkan
kesukacitaan mereka seperti kesukacitaan Zakharia dan Elizabeth. Amin. [DG]
“Kabar baik menjadikan sukacita bagi semua orang yang
mendengarnya”
Selasa, 18 Desember 2012
Ratu Adil
Waosan : Yeremia 23: 5-8.
Pamuji : KPK 221: 1-3
Nats: “ing jaman jumenenge raja iku Yehuda bakal linuwaran lan Israel bakal tentrem uripe…” (ayat.6)
Pamuji : KPK 221: 1-3
Nats: “ing jaman jumenenge raja iku Yehuda bakal linuwaran lan Israel bakal tentrem uripe…” (ayat.6)
Tumrap sadaya tiyang ingkang
wonten ing karibedaning gesang, janji punika saged dipuntingali minangka
pangajeng-ajeng pangluwaran ingkang badhe dipuntampeni. Ananging janji punika
ugi saged ketingal minangka abang-abang lambe. Rakyat kados-kados sampun tuwuk,
nengga wujuding janji para calon pemimpin rikala orasi(pidato) ing satengahing
kampanye wekdal pados dukungan. Ananging sekedhik ingkang saged mujudaken
rerangkening janji-janji kala wau. Pancen menawi janji punika boten
kalajengaken bukti nyata, awis-awis tiyang ingkang saged pitados. Boten nggumun
menawi wonten tiyang ingkang ngumbar janji, nanging tanpa bukti lajeng malah
dipuntebihi. Janji kedah kalajengaken kaliyan bukti nyata. Pitulungan
tamtunipun dados satunggal kabetahaning manungsa wekdal ngraosaken panandhang.
Mekaten ugi kagem Bangsa Israel anggenipun ngantos-antos pitulungan murih
wontena Sang Ratu Adil ingkang jumeneng raja. Lan punika dados satunggaling
Janjinipun Gusti Allah, lumantar Nabi Yeremia, ingkang saking trubusipun Prabu
Dawud samangke, Yehuda badhe kaluwaran, Israel badhe tentrem gesangipun.
Janji punika boten namung dados
isapan jempol kemawon, ananging wonten bukti nyatanipun. Ratu Adil punika
tumurun saking swarga, inggih putra ontang-anting Gusti Allah piyambak. Pancen
Sang Kristus Yesus punika boten dados Ratu Adil sacara politis kados ingkang
dipun antos-antos dening saperangan ageng Bangsa Yahudi. Ananging sacara
karohanen ingkang badhe maringi ayem tentrem lahir batin ingkang sejatos.
Tumrap kita para pitados, boten penting Gusti Yesus rawuh kanthi margi punapa,
tanpa wadya bala, tanpa raja kaya. Ingkang baken,janji punika nyata, bilih
Gusti Yesus, inggih Ratu Adil ingkang sampun pinesthi ngiring para umat nampeni
gesang langgeng ing kraton swarga. Sumangga kanthi bingahing manah nyengkuyung
kabetahaning pahargyan rawuhipun Sang Ratu Adil punika. [PKS]
Nglurug tanpa bala, menang
tanpa ngasorake, wujuding Ratu Adil ingkang digdaya.
Senin, 17 Desember 2012
Mak Nyusss…!
Bacaan :
Kejaddian 49: 8-10.
Pujian : KJ 414
Nats: “…maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa…” (ayat.10)
Pujian : KJ 414
Nats: “…maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa…” (ayat.10)
“Mak
Nyuss…” adalah ungkapan khas seorang pakar kuliner disalah satu program kuliner
di TV kita. Ia selalu digambarkan sedang berjalan-jalan diberbagai kota di
Indonesia sambil mencicipi makanan-makanan khas daerah tersebut. Dan bagi
makanan yang ia anggap istimewa, ia selalu memakannya dengan gaya khas sambil
mengangkat jempol dan berkata, “Mak Nyusss…!” Tidak semua makanan yang dicicipi
akan dilabeli “Mak Nyuuss…!”, hanya yang istimewa saja…
Demikian
pula yang diterima oleh Yehuda, ia dipandang istimewa oleh Allah dan Ayahnya,
Yakub. Yehuda memperoleh berkat yang lebih daripada saudara-saudaranya, Yehuda
menerima janji bahwa ia “..akan dipuji oleh saudara-saudaramu…dan kepadamu akan
sujud anak-anak ayahmu.” (ay.8). Yehudapun akan menjadi suku yang kuat dan
disegani diantara suku-suku Israel, karena ia “…seperti anak singa; setelah
menerkam, engkau naik ke suatu tempat tinggi…” (ay.9). Yakub menjanjikan Yehuda
akan menjadi pemimpin yang luar biasa karena “kepadanya akan takluk
bangsa-bangsa.” (ay.10). Dan kita tahu janji itu digenapi kemudian, keturunan
Yehuda menjadi suku yang paling kuat di Israel dan ia menjadi Kerajaan kuat
yang berdiri sendiri. Pendeknya, Yehuda patut dilabeli “Mak Nyuuss..!” Yehuda
menjadi istimewa dan mak nyuss bukan karena ia sendiri sempurna tanpa cacat
cela, sebenarnya iapun salah satu saudara Yusuf yang ikut merencanakan
penyingkiran Yusuf. Belum lagi ia pernah tidur dengan Tamar, menantunya
sendiri! Ya…ia berdosa. Namun, dalam perjalan hidupnya Yehuda bersedia bertobat
dan mengakui kesalahannya. Karena itulah ia berkenan di hadapan Allah. Kitapun
tak sempurna, tapi dengan kuasa darah Kristus kita pun beroleh janji istimewa
sebagaimana janji Allah pada Yehuda. Mari kita hidup dengan penuh pengharapan
karena Ia telah berjanji bahwa kita semua menjadi anak-anakNya. Mari kita
berusaha hidup dengan rasa (sikap) yang istimewa bagi orang lain, yang….Mak
Nyuusss…!! (Rhe)
“Kita dijadikanNya istimewa, mari
hidup dengan cara yang istimewa pula bersamaNya.”
Jumat, 14 Desember 2012
Kawula Alit
Waosan : Mateus 11: 11-15.
Pamuji : KPK 104
Nats: “… ing antarane wong-wong kang lair saka wong wadon, ora kang madeg ngungkuli Yokanan Pambaptis, ewasamono wong kang cilik dhewe ing Kratoning Swarga, Iku ngluwihi Yokanan Pambaptis.” (11)
Pamuji : KPK 104
Nats: “… ing antarane wong-wong kang lair saka wong wadon, ora kang madeg ngungkuli Yokanan Pambaptis, ewasamono wong kang cilik dhewe ing Kratoning Swarga, Iku ngluwihi Yokanan Pambaptis.” (11)
“Wong cilik luwih gedhe tinimbang Yokanan Pambaptis?”
Dhawuh pangandikanipun Gusti Yesus wonten ing ayat mas waosan kita dinten punika nelakaken bilih kawula alit (tiyang kang ringkih lan sekeng) pikantuk papan ingkang utami wonten ing Kratoning Allah. Yokanan Pambaptis punika “wong agung”, nanging kawula alit langkung utami ing kawigatosan. Kratoning Allah ingkang awujud kaadilan, kayekten, katresnan lan tentrem rahayu punika utaminipun kagem tiyang-tiyang ingkang sinia-sia dening para pangageng lan tiyang kathah. Para kawula alit punika kedah dados perhatian utama (kawigatosan utami) wonten ing sadaya paladosan pakaryanipun Allah njejegaken kaadilan lan kayekten mrih maujuding katresnan lan tentrem rahayu. Kawigatosanipun Gusti Yesus dhateng para kawula alit saestu ageng sanget. Gusti Yesus tansah mitulungi tiyang-tiyang sakit, para tukang ngemis, tiyang-tiyang kasisahan, tiyang-tiyang kaluwen. Tiyang-tiyang ingkang kapiji dados para sakabatipun inggih namung kawula alit, para nelayan.
Dhawuh pangandikanipun Gusti Yesus wonten ing ayat mas waosan kita dinten punika nelakaken bilih kawula alit (tiyang kang ringkih lan sekeng) pikantuk papan ingkang utami wonten ing Kratoning Allah. Yokanan Pambaptis punika “wong agung”, nanging kawula alit langkung utami ing kawigatosan. Kratoning Allah ingkang awujud kaadilan, kayekten, katresnan lan tentrem rahayu punika utaminipun kagem tiyang-tiyang ingkang sinia-sia dening para pangageng lan tiyang kathah. Para kawula alit punika kedah dados perhatian utama (kawigatosan utami) wonten ing sadaya paladosan pakaryanipun Allah njejegaken kaadilan lan kayekten mrih maujuding katresnan lan tentrem rahayu. Kawigatosanipun Gusti Yesus dhateng para kawula alit saestu ageng sanget. Gusti Yesus tansah mitulungi tiyang-tiyang sakit, para tukang ngemis, tiyang-tiyang kasisahan, tiyang-tiyang kaluwen. Tiyang-tiyang ingkang kapiji dados para sakabatipun inggih namung kawula alit, para nelayan.
Para kawula alit asring dipun
sepelekaken. Makaten ugi wonten ing tengahing pasamuwan. Bukti gampilipun, yen
wonten anggota Majelis ingkang nandhang sakit utawi kesripahan, tiyang kathah
sanget sami rame-rame nuweni lan ndhatengi palayadan. Nanging yen ingkang sakit
lan kesripahan punika warga pasamuwan ingkang miskin, ringkih lan sekeng,
sepinten ingkang nuweni lan ndhatengi? Namung sekedhik, kapara sekedhik sanget.
Patrap lan paladosan makaten punika boten adil. Punika cengkah kaliyan
karsanipun Gusti wonten ing Kratoning Allah. Minangka warga Kratoning Allah,
kita kedah tansah nggatosaken gesanging kawula alit, atur pitulungan saking
panandhangipun. Allah Sang Ratuning Kraton Swarga ngarsakaken kita mbudidaya
wujuding tentrem rahayu kagem para kawula alit. [ST]
“Nggatosaken kawula alit punika wataking warga Kraton Swarga”
Kamis, 13 Desember 2012
Ketakutan
Bacaan : Yesaya 41 : 13 20.
Pujian: KJ 410
Nats: “Sebab Aku ini Tuhan, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu: janganlah takut, Akulah yang menolong engkau” (ayat. 13)
Pujian: KJ 410
Nats: “Sebab Aku ini Tuhan, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu: janganlah takut, Akulah yang menolong engkau” (ayat. 13)
Kalau kita mau jujur, setiap
dosa dari manusia, selalu diawali dari ketakutan. Orang menyuap kepala sekolah,
karena takut anaknya tidak dapat masuk sekolah faforit. Orang korupsi karena
takut tidak bisa hidup mewah seperti teman-temannya. Seorang ibu mencuri karena
takut anaknya akan kelaparan. Ada yang membunuh karena takut rahasianya bakal
ketahuan. Ada yang menipu karena takut kalau dianggap tidak gaul, ketinggalan
jaman, dsb. Adalah sangat wajar kalau manusia kadang kala dihinggapi rasa takut
dalam kehidupan ini. Semuanya itu adalah manusiawi. Tetapi kalau sampai setiap
saat kita hidup dalam ketakutan, itu akan menyusahkan diri kita sendiri maupun
orang lain.
Tapi tentu saja semua itu
menunjukkan bagaimana tingkat keyakinan dari seseorang. Orang yang yakin benar
akan janji Tuhan tentu tidak akan mengalami ketakutan yang berlebihan. Kalau
setiap hari setiap saat kita melakukan apa yang baik dan benar, seperti yang di
contohkan Tuhan, pasti ketakutan itu akan sirna dengan sendirinya seiring
berjalannya waktu. Dan ketika kita melakukan kebenaran itu, Tuhan juga akan
semakin menambahkan hikmat, pengetahuan dan akal budi. Yang tidak baik adalah
kalau ketakutan itu adalah untuk berbuat yang benar. Takut berbuat baik adalah
tidak baik. Jangan takut membela orang tertindas, orang miskin. Jangan takut
menegakkan kebenaran.
Kembali kepada janji Tuhan yang
mengatakan bahwa Dia sendiri yang akan memegang tangan kita dan akan menolong
kita. Apa lagi yang harus kita takutkan? Semua kembali pada seberapa besar iman
dan keyakinan kita terhadap janji Tuhan. Jangan takut akan keberadaan diri
kita, yang akan menimpa hidup kita. Sebab Tuhan pasti menolong kita. Sebab Dia
memegang tangan kita. Pertolongan Tuhan pasti akan datang tepat pada waktunya.
Tidak usah terlalu dipikirkan. Yakini saja!(HB)
“Cara paling baik mengatasi ketakutan ialah meyakini pertolongan
Tuhan”
Rabu, 12 Desember 2012
Kiyat Karana Gusti
Waosan : Yesaya 40: 25-31.
Pamuji : KPK 213
Nats : “… wong kang padha nganti-anti marang Pangeran Yehuwah kaparingan kakuwatan anyar…” (ayat. 31)
Pamuji : KPK 213
Nats : “… wong kang padha nganti-anti marang Pangeran Yehuwah kaparingan kakuwatan anyar…” (ayat. 31)
Olimpiade London 2012 sampun
rampung. Ing acara punika, kita saged ningaliperjuanganipun para atlet
anggenipun kepingin mimpang dados juara. Sedaya atlet ingkang tandhing sami
mbela negarinipun piyambak-piyambak.Ingkang punika dipun betahaken kakiyatan sacara
fisik lan mental supados atlet punika saged mimpang. Saderengipun
tandhing para atlet dipun gembleng sarana latihan ingkang awrat lan temen-temen
supados kasil. Boten namung kiyat sacara fisik kemawon ananging ugi dipun
betahaken mental lan taktik ingkang sae. Karana punika ajang olimpiade saged
dados wahana kangge ukuran sinten atlet ingkang paling sae. Gusti Allah paring
dhawuh dhateng bangsa Israel lumantar nabi Yesaya bilih Gusti Allah karsa
paring kakiyatan dhateng bangsa Israel ingkang wonten ing tanah Babel. Gusti
Allah karsa paring karosan dhateng tiyang ingkang tanpa daya. Gusti Allah dados
sumbering pangajeng-ajeng kangge bangsa Israel ingkang sami ngantos-antos
dhateng Panjenenganipun. Kados peksi garuda ingkang mabur kalawan kakiyatan
swiwinipun mekaten tiyang ingkang ngajeng-ajeng dhateng Gusti pinaringan
pitulungan saha kakiyatan.
Kadangkala utawi mbokmanawi malah asring kita sesambat, kita
rumaos sayah, tanpa daya nglampahi gesang. Karibedaning gesang ndadosaken kita
kuatos lan bingung ngalami gesang. Ananging lumantar dhawuh pangandikanipun
Gusti punika, kita kaparingan pangertosan yen kita ngantos-antos Gusti, saestu
Gusti Allah mesthi paring kakiyatan kangge kita ngadhepi samukawis. Pramila
kita kedah nyuwun pitulungan dhateng Gusti. Lumantar pandonga kita nyuwun dipun
paringi pangluwaran saking sadhengah karibedaning gesang. Yen kita
ndedonga linambaran keyakinan bilih kita badhe kiyat awit pitulunganipun Gusti,
kita mesthi saestu kiyat. Namung gumantung keyakinan kita.Kakiyatanipun manungsa
punika winates, ananging kakiyatan saking Gusti tanpa wates. Gusti Allah
ingkang makarya kangge bangsa Israel ugi Gusti kita ingkang makarya kangge
gesang kita. (AR)
“Wong kang yakin bakal kuwat awit pitulungane Gusti, mesthi bakal kuwat tenan.”
“Wong kang yakin bakal kuwat awit pitulungane Gusti, mesthi bakal kuwat tenan.”
Selasa, 11 Desember 2012
Penghiburan Tanpa Batas
Bacaan : Yesaya 40: 1-11.
Pujian : KJ 390
Nats: “Lihat, itu Tuhan ALLAH,Ia datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya Ia berkuasa.” (ayat. 10a)
Pujian : KJ 390
Nats: “Lihat, itu Tuhan ALLAH,Ia datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya Ia berkuasa.” (ayat. 10a)
Ketika hati kita sedang
berduka, rasanya tidak ada satu hal pun yang dapat kita lakukan. Jiwa kita
seolah patah, dan tenaga kita seakan melayang entah ke mana. Bahkan ketika
kata-kata dan nada-nada penghiburancoba diungkapkan dan dilagukan orang
semuanya terasa sumbang. Memang, rasa duka, kecewa, perasaan terpuruk, dan
kegetiran hidup, sering membuat seseorang merasa kehilangan separuh, bahkan
keseluruhan hidupnya. Bukanlah perkara yang mudah untuk bangkit kembali dan
bersemangat lagi menjalankan roda kehidupannya.
Begitulah kehidupan Israel.
Sebagai bangsa pilihan dan menjadi kekasih hati Tuhan sendiri, Israel begitu
terpuruk dalam jurang terdalam keterbuangan dari hadapan Tuhan. Rasanya, tidak
ada lagi yang dapat dibanggakan oleh bangsa yang memiliki catatan perang dan
kemenangan serta kejayaan begitu fantastis di muka bumi. Semuanya menguap,
berganti kesakitan batin yang menyayat dalam nadi kehidupan mereka. Sampai
tibalah mereka pada sebuah pernyataan Tuhan yang datang membangkitkan kembali
mereka dari keterpurukan. Pernyataan itu begitu jelas dan tegas : Lihat, itu
Tuhan ALLAH, Ia datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya Ia
berkuasa.Proklamasi itu sontak mengembalikan semangat dan spirit Israel yang
telah menghilang. Penghiburan itu, bukan datang dari manusia, namun dari Tuhan
sendiri. Dan kita tahu, bagaimana pada akhirnya Israel diangkat dan
dikembalikan sebagai kekasih hatiNya. Luar biasa !
Bukan tidak mungkin, saat-saat
duka itu sedang menjalari dan mencoba mengikat batin kita saat ini. Jika demikian,
mari kita mengingat bahwa Tuhan berkuasa membebaskannya demi kasihNya kepada
kita. Hanya Tuhanlah yang dapat membuat duka itu sirna, berganti pengharapan
indah di hari depan. Karena itu, dalam rudung kedukaan, mari kita berdoa
kepadaNya : “Penghiburan tanpa batas, datanglah kepadaku. Lawatlah aku….”
[Mbing]
Tuhan tidak pernah membiarkan kita selamanya berduka. Cari dan
resapi penghiburanNya!
Senin, 10 Desember 2012
Ayeming Pangapunten
Waosan : Lukas 5: 17-26.
Pamuji: KPK 54
Nats: “He, sadulur, dosamu wis kaapura.” (ayat. 20b)
Pamuji: KPK 54
Nats: “He, sadulur, dosamu wis kaapura.” (ayat. 20b)
Tiyang ingkang sampun kesayahan saking panandhang, ngalami sakit, kadhang badhe nindakaken punapa kemawon murih engthenging panandhang lan kasarasaning badan. Umpaminipun, wonten ingkang ngantos minum toya seni (urine), tamtu toya seninipun piyambak. Tumindakipun para tiyang ingkang ngandhapaken tiyang lumpuh sapeturonipun wonten ing ngarsanipun Gusti Yesus punika nelakaken 3 bab ingkang wigatos, inggih punika:
1. Tiyang-tiyang punika nggadhahi pangandel ingakng ageng.
2. Tiyang-tiyang punika nggadhahi raos pasedherekan ingkang raket kaliyan tiyang lumpuh punika saha kebak kawelasan.
3. Mulihaken sesambetanipun manusa kaliyan Gusti Allah.
Manawi kita jujur, kita sami ngakeni bilih pangapuntening dosa saking Gusti Allah kita punika dados kabetahan kita ingkang utami. Tanpa wonten pangapuntening dosa, kita boten saged ngraosaken tentrem rahayu ingkang sejatos.
Dhawuhipun Gusti Yesus dhateng tiyang lumpuh “He, sadulur, dosamu wis kaapura” boten ateges Gusti Yesus nganggep tiyang punika nandhang sakit lumpuh awit dosanipun (kabandhingna Yok. 9: 2; Luk. 13: 1-5). Nanging kanthi pangandika punika Gusti Yesus sampun paring pangapunten tumrap dosanipun tiyang lumpuh punika. Gusti Yesus boten paring kasarasaning badan, nanging ugi kabetahaning manusa ingkang utami, nggih punika: pulihing sesambetanipun manusa kaliyan Gusti Allah. Dosa ingkang medhot patunggilanipun manusa kaliyan Gusti Allah sampun kasambung malih. Ingkang sakawit lumpuh tur kebak ing dosa, samangke pulih badan lan karohanenipun. Saiba saenipun manawi kita saged ngalami kasarasaning badan lan rinengkuh dening Gusti Allah. Ewasamanten, sumangga blajar rumaos langkung ayem awit dosa kita ingapunten, tinimbang kasarasaning badan. Nadyan nandhang sakit, boten dados punapa, jer kita tansah gesang tetunggilan kaliyan Gusti Allah. Sikap nrima lan pasrah dhateng Gusti Allah punika badhe saged ndadosaken manah kita saestu kraos ayem tentrem. Sikap nrima lan pasrah tuwin ayeming manah punika saged ngentheng-enthengi sesanggen panandhang kita. [Dwt]
“Ora apa-apa lara, sing penting atiku ayem”
Jumat, 07 Desember 2012
Bersaksi
Bacaan :Matius
9:27-31.
Pujian: KJ 424
Nats: “Tetapi mereka keluar dan memasyhurkan Dia ke seluruh daerah itu” (ayat. 31)
Pujian: KJ 424
Nats: “Tetapi mereka keluar dan memasyhurkan Dia ke seluruh daerah itu” (ayat. 31)
Ada
dua pola kehidupan rohani orang Kristen yang saling bertentangan berikut
ini.Satu, ada orang yang tahu banyak akan isi Alkitab dan pandai berbicara
tentang iman kepada Kristus, tetapi dalam kehidupan sehari-harinya kurang
selaras dengan imannya. Dan ketika ditanyakan tentang ketidakselarasan
hidupnya, orang itu menjawab, “Allah sangat memperhatikan orang yang mengatakan
tentang Kristus kepada orang lain. Kita harus berani begitu.”Dua, sebaliknya,
ada orang yang tak pernah menceritakan tentang Kristus kepada orang lain dengan
alasan, “Biarlah cara hidupku yang berbicara tentang hal itu.”
Menurut
Saudara, mana yang lebih baik dari kedua pola tersebut? Matius menceritakan
bagaimana sikap yang harus dilakukan ketika orang telah menerima kasih Kristus.
Dua orang buta setelah menerima kuasa Tuhan Yesus, sehingga menjadi melek dan
melihat, melakukan reaksi ‘mereka keluar dan memashyurkanDia ke seluruh daerah
itu’ (ayat 31). Mereka melakukan keseimbangan antara kata dan perbuatan dalam
menyatakan imannya. George Herbert, mengungkapkan betapa pentingnya
keseimbangan antara kata dan perbuatan dalam sebuah penggalan puisinya :
Tuhan, bagaimana kami dapat menjadi
saksiMu?
Bagaikan kaca, kami rapuh dan mudah pecah.
Namun, karena Engkau dan karyaMu yang melapisi
Dengan kemuliaan dari tempat tertinggi
kami dapat menjadi jendela, oleh anugerahMu.
Tetapi khotbah yang hanya kata-kata
Akan lenyap dalam sekejap masuk lewat telinga
tetapi tak terpatri di dalam hati
Bagaikan kaca, kami rapuh dan mudah pecah.
Namun, karena Engkau dan karyaMu yang melapisi
Dengan kemuliaan dari tempat tertinggi
kami dapat menjadi jendela, oleh anugerahMu.
Tetapi khotbah yang hanya kata-kata
Akan lenyap dalam sekejap masuk lewat telinga
tetapi tak terpatri di dalam hati
Tuhan,
tolong kami menjadi saksi-saksiMu lewat kata-kata maupun perbuatan. (Pri)
“Bersaksi tidak hanya menyatakan
lewat kata-kata, tetapi juga lewat perbuatan nyata.”
Rabu, 05 Desember 2012
Ratu Terjelek !
Bacaan :Yesaya 25: 6-10a.
Pujian: KJ 67
Nats: “Dan diatas gunung ini Tuhan akan mengoyakkan kain perkabungan yang diselubungkan…” (ayat. 7a)
Pujian: KJ 67
Nats: “Dan diatas gunung ini Tuhan akan mengoyakkan kain perkabungan yang diselubungkan…” (ayat. 7a)
Perempuan mana yang akan
menolak jika dinobatkan sebagai Ratu Tercantik Sejagad? Woww…pasti menyenangkan
sekali diakui sebagai perempuan tercantik! Namun, bagaimana jika yang terjadi
sebaliknya? Disebut sebagai perempuan terjelek di dunia? Hhhmm…pasti sangat
menyakitkan dan menyedihkan! Lizzie Velasquez adalah perempuan muda yang
menyandang predikat itu. Ia adalah seorang gadis 23 tahun yang sejak lahir
menderita sindrom langka yang menyebabkan tubuhnya tak mampu membentuk jaringan
lemak tubuh dan membentuk otot. Tubuhnya tak bisa mencapai bobot ideal, ia
harus makan setiap 15 menit agar bisa bertahan hidup dan bobotnya akan tetap
26,3 kg. Belum lagi sindrom yang belum diketahui namanya itu membuat sebelah
matanya buta, hidungnya runcing, mulut kecil dan kulit keriput bak orang jompo.
Dengan kondisi yang sedemikian buruk, Lizzie punya banyak alasan untuk
berkabung dan menyerah kalah, sejak kecil ia mengalami bullying (ejekan) dari
teman-temannya.
Namun ternyata kondisi itu
malah membuatnya menjadi motivator dan penulis buku inspirasional. Ia menolak
untuk menyerah pada standar umum tentang kecantikan, ia belajar menerima
dirinya, belajar untuk tetap percaya diri dan merasa dirinya diciptakan cantik!
Lizzie menulis buku yang berjudul “Be Beautiful, Be You” (Jadilah Cantik,
Jadilah dirimu Sendiri) yang mengajarkan pada tiap perempuan agar tetap
bersyukur dan merasa cantik, apapun kekurangan mereka. Luar biasa…. Mungkin
kita juga tengah punya alasan untuk bersedih dan berkabung, tapi berkaca dari
apa yang dialami Lizzie mari belajar untuk kuat. Kuat bukan hanya karena
kemampuan diri sendiri, namun terlebih karena Tuhan sudah berjanji bahwa Ia
“…akan mengoyakkan kain perkabungan yang diselubungkan.” (ay.7). Ya…kita tidak
sendirian menghadapi onak duri dan perkabungan. Jangan menyerah! Karena, Tuhan
Sang Sumber Penghiburan dan Kekuatan selalu bersama kita. Be beautiful, Be You!
(Rhe)
“Setiap orang diciptakan Tuhan untuk layak dicintai.” (Lizzie Velasquez)
Selasa, 04 Desember 2012
Ratu Adil
Waosan : Yesaya 11: 1-10.
Pamuji: KPK 323
Nats: “Ing wektu iku trubusan ing oyoding Isai bakal jumeneng dadi gendera tumrap para bangsa…” (ayat. 10)
Pamuji: KPK 323
Nats: “Ing wektu iku trubusan ing oyoding Isai bakal jumeneng dadi gendera tumrap para bangsa…” (ayat. 10)
Ing masa Adven gesang kita katujukaken dhateng
pangajeng-ngajeng tumrap rawuhipun Gusti Yesus ingkang kaping kalih ingkang
jumeneng Ratu Adil ingkang badhe ngadili sedaya tiyang. Kanthi adil lan
wicaksana anggenipun ngadili sedaya tiyang. Pangadilanipun Sang Ratu Adil
ngengetaken kita supados nggadhahi lampah prayogi, kados:
1.
Ajrih-asih dhateng
Yehuwah dadosa kareman kita. Mingangka abdinipun Gusti kita nindakaken
pepakenipun Gusti kanthi katresnan. Yenkagodha tindakkorupsi,dursila, kumeren,
lsp sanes ajrih dhateng KPK nanging ajrih dhateng Gusti. Kita nindakaken
kasaenan awit kita tresna lan dipun tresnani Gusti.
2.
Tansah tumindak adil.
Kaadilan sanes perkawis ingkang gampil.Kaadilan saged kawitipun dhateng dhiri
kita piyambaksranasikap obyektif anggenipun mbiji dhiri pribadi. Kanthi sadar
bilih kita nggadahi kaluwihan tamtu sumedya mitulungi tiyang sanes. Bilih kita
dereng sampurna tamtu ndadosaken kita purun dipun sampurnakaken dening tiyang
sanes.
3.
Tansah lumampah ing
margining bebener lan kasetyan. Sanadyan tiyang sanes remen nrajang bebener lan
nilar kasetyan,nanging abdinipun Gusti tansah setya lan ngambah margining
bebener.
Sadaya menika kedah kita tindakaken lair
trusing batos. Boten namung netepi bebandan (persyaratan) pangadilan supados
saged uwal saking paukuman. Nanging katindakna kanthi bingahing manah. Sumangga
ing masa Adven menika panganti-anti kita tumrap rawuhipun Ratu Adil ugi
ngiyataken lan dadar manah kita supados ugi sagednuladhani sikap lan
tindak-tandukipunGusti Panutan kita ingkang kita antos-antos. Mugi lilin-lilin
Adven dados pralambang ingkang sayektos bilih batos kita kapadhangan dening
pepakenipun Gusti Sang Ratu Adil. Gusti berkahi kita sami. [to2k]
“Ilining toya kang
lumintu nadyan alit saged anyenyeger, kasaenan kang lumintu nadyan alit saged
maedahi.”
Jumat, 30 November 2012
Ndherek Gusti Yesus
Waosan :
Mateus 4: 18-22.
Pamuji : KPK 81
Nats: “Sanalika padha ninggal praune lan bapakne, Nuli ndherekake Gusti Yesus”(ayat. 22)
Pamuji : KPK 81
Nats: “Sanalika padha ninggal praune lan bapakne, Nuli ndherekake Gusti Yesus”(ayat. 22)
Wujud
timbalanipun Gusti dhateng para pitados punika mawarni-warni caranipun. Kathah
tiyang dados Kristen karana tiyang sepuhipun Kristen. Wonten ingkang karana
semahipun tiyang Kristen. Wonten ugi karana piyambakipun nekseni gesangipun
tiyang Kristen ingkang kebak katresnan. Nanging sadaya menika karana Gusti
Yesus karsa nimbali umat manungsa lan manungsa purun nanggapi timbalanipun
Gusti punika kanthi manah ingkang kebak kabingahan. Waosan kita nyariosaken
anggenipun Gusti Yesus nimbali para sakabatipun ingkang wiwitan. Nalika Gusti
Yesus ing pinggiring seganten Galilea, Panjenenganipun nimbali Petrus lan
Andreas ingkang dados juru njala ulam. Sacara status sosial Petrus lan Andreas
punika kagolong kelompok ingkang asor, kirang terpandang. Nanging Gusti Yesus
nimbali sakabatipun boten mandeng status sosial, nanging manahipun. Mekaten ugi
nalika Gusti Yesus nimbali Yakobus lan Yokanan ingkang taksih wonten ing prau
ngrencangi bapakipun, Zebedeus.Nalika tinimbalan, para sakabat punikatumunten
ndherek Gusti Yesus, ndherek ing pakaryanipun,tanpa mawi tetimbangan utawi
alesan punapa-punapa. Kanthi pasrah lan manteb anggenipun sami ndherek ing
pakaryanipun Gusti Yesus.
Gusti
Yesus sampun nimbali kita dados pandherekipun. Nanging kados pundi anggen kita
nanggapi timbalanipun Gusti supados ndherek ing pakaryanipun Gusti? Mangga kita
enget-enget, kados pundi isining manah kita ingkang sayektosipun nalika kita
pikantuk undangan rapat, nalika kita dipun suwun ngladosi pangabekti, nalika
kita dipun pilih dados Pengurus Kelompok utawi Panitia, utawi wujuding
timbalanipun Gusti sanesipun? Asring kita nanggapi timbalanipun Gusti boten
kanthi pasrah lan manteb. Nanging kanthi warni-warni tetimbangan lan alesan.
Malah sok pados-pados alesan ingkang maton supados saged nampik timbalan
menika. Kamangka sampun wongsal-wangsul kita nampeni wujuding sih katresnanipun
Gusti. Sumangga tansah cumadhang kanthi pasrah lan manteb nampeni timbalanipun
Gusti! (AR)
“Sawanci-wanci nampeni timbalanipun
Gusti, sami engeta dhateng sih katresnanipun Gusti”
Rabu, 28 November 2012
Panggodha Lan Pamuji
Waosan : Wahyu 15:
1-4.
Pamuji : KPK 90
Nats: “Agung saha elok pakaryan Paduka, dhuh Pangeran, Allah ingkang Maha kuwaos!” (ayat. 3b)
Pamuji : KPK 90
Nats: “Agung saha elok pakaryan Paduka, dhuh Pangeran, Allah ingkang Maha kuwaos!” (ayat. 3b)
Kitab Wahyu punika kebak gegambaran bab
panggodha lan kasangsaran utawi panganiaya ingkang dipun alami dening
pasamuwanipun Gusti. Lah punika ingkang dipun alami dening penulis Wahyu lan
pasamuwanipun Gusti nalika jaman Kaisar Nero saking Rum. Kewan lan recanipun
punika boten sanes inggih sadhengah godhaning gesang kados ta pakewed, reribed,
kasangsaran lan ugi sadaya kanikmatan ingkang mblasar. Panggodha punika yen
menang badhe nuwuhaken raos meri, murka (rakus), brangasan, kejem, lsp. Inggih
panggodha punika ingkang kedah kita perangi. Yen namung ngendelaken kakiyatan
kita pribadi, kita boten badhe saged nelukaken panggodha punika, kapara kita
malah saged kawon kaliyan panggodha. Kita mbetahaken sanget kakiyatan,
pitulungan lan pakaryan pangwasanipun Gusti. Namung srana kakiyatan, pitulungan
lan pakaryan pangwasanipun Gusti kemawon kita saged unggul saking sadaya
panggodha.
Manawi kita saged unggul saking panggodha
punika sejatosipun karana Gusti Allah paring kakiyatan lan pitulungan dhateng
kita, sarta Gusti Allah piyambak ugi makarya. Pramila sampun ngantos kita dados
gumunggung ngegungaken dhiri. Kosokwangsulipun kita kedah namung ngluhuraken
asmanipun Gusti: “Agung saha elok pakaryan Paduka, dhuh Pangeran, Allah ingkang
Maha kuwaos!…” (ayat 3). Pamuji punika nedahaken pangaken bilih Gusti Allah
piyambak ingkang makarya paring kakiyatan lan pitulungan dhateng kita unggul
saking panggodha.
Saben-saben kita ngadhepi panggodha, sumangga
tansah nyuwun pakaryanipun Gusti Allah, temah kita kaparingan kakiyatan lan
kawicaksanan unggul saking panggodha. Sumangga kita ugi tansah memuji asmanipun
Gusti Allah awit saking pakaryanipun ingkang agung lan elok. Srana tansah
memuji Gusti iman lan karohanen kita badhe saya mindhak kukuh. Awit srana
pamuji punika kita ugi tansah ngakeni kanthi yakin agung lan eloking
pakaryanipun Gusti. Keyakinan ingkang kukuh makaten punika ingkang murugaken
kamenangan. [ST]
“Pamuji
kanthi antebing manah nuwuhaken kakiyatan.”
Selasa, 27 November 2012
Waspadalah…Waspadalah !
Bacaan : Lukas 21: 5-11.
Pujian: KJ 379: 1-2
Nats: “…waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan.” (Ayat.8)
Pujian: KJ 379: 1-2
Nats: “…waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan.” (Ayat.8)
“Kejahatan bukan hanya karena
ada niat pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan. Waspadalah…waspadalah!!”
Adalah sebuah slogan yang
dipopulerkan oleh seorang tokoh fiktif dalam berita khusus kriminal yang selalu
mengingatkan pemirsanya untuk selalu waspada dalam mengantisipasi kejahatan.
Tapi tahukah anda, beberapa bulan yang lalu pemeran tokoh sangar tersebut
ternyata kemalingan! Setidaknya, maling nekad itu berhasil membawa TV Flat, HP
dan sejumlah uang tunai. Wah…si Abang yang biasa mengingatkan kita semua untuk
waspada ternyata kurang waspada…. Kewaspadaan juga dibutuhkan untuk menjadi
pengikut Kristus! Tuhan Yesus berkomentar terhadap orang-orang yang sedang
mengagumi keindahan dan kemegahan Bait Allah di Yerusalem. Saat itu, Bait Allah
adalah pusat dari ritual, spiritual dan kebanggaan nasional bagi seluruh orang
Yahudi di penjuru dunia. Pendeknya, semua kegiatan keagamaan, pendidikan dan
politik Yahudi berkiblat disana, karena itu orang-orang Yahudi di jaman Tuhan
Yesus menganggap bahwa Bait Allah adalah hal yang paling penting dalam iman
mereka. Namun, dengan berani Yesus mengatakan bahwa Bait Allah akan diruntuhkan
(ay.6). Padahal, keruntuhan Bait Allah adalah berarti runtuhnya pondasi dan
pusat ritual dan lembaga keagamaan Yahudi. Lalu Ia berpesan agar para murid
menjadi lebih waspada, karena akan segera tiba para penyesat jahat (ay.8).
Memang Bait Allah runtuh di tahun 70. Namun bagian bacaan kita
ini bukan hanya berisi ramalan Yesus tentang apa yang akan terjadi, melainkan
untuk mengingatkan orang Yahudi agar tidak terpaku pada hal yang mereka anggap
penting dan kemudian menjadi lengah. Betapa sering kitapun terpaku pada hal-hal
yang kita anggap paling penting: harta benda, nama baik,keluarga atau
pekerjaan. Namun lupa untuk bersikap waspada terhadap rupa-rupa penyesatan dan
dosa. Marilah terus waspada, agar hidup kita semakin hari semakin sempurna. Sama
seperti Bapa kita sempurna. Waspadalahhhhh!!!!! (Rhe).
“Waspada adalah jalinan antara kesadaran, kehati-hatian dan perhatian”.
“Waspada adalah jalinan antara kesadaran, kehati-hatian dan perhatian”.
Senin, 26 November 2012
Ajining Panuwun Sokur
Waosan: Lukas
21: 1-4.
Pamuji : KPK 165: 1, 3
Nats: “…satemene kang dipisungsungke randha miskin iku luwih akeh katimbang wong kabeh iku.” (ayat. 3b)
Pamuji : KPK 165: 1, 3
Nats: “…satemene kang dipisungsungke randha miskin iku luwih akeh katimbang wong kabeh iku.” (ayat. 3b)
Wujuding peparing, bobotipun
boten dipun tamtokaken saking cacah ingkang dipun paringaken, ananging saking
pangurbanan ingkang sumelip ing salebeting peparing punika. Pramila, nalika
atur tali asih, tiyang lajeng ngendika: “Sampun dipun pirsani ageng / cacah /
reginipun barang punika, nanging mirsanana panuwun sokur kula!” Menawi kita
migatosaken randha miskin ingkang asung pisungsung, cacahing arta ingkang dipun
aturaken estu pancen boten kathah. Sekedhik sanget. Awit “rong igar” (dua
peser) minangka pecahaning arta paling alit ingkang wonten ing bangsa Yahudi.
Nanging ing ngriku Gusti Yesus pirsa bilih nyatanipun, ingkang rong igar menika
wau minangka sarana gesangipun si randha miskin punika. Inggih namung rong igar
punika ingkang dados gadhahanipun, lan boten wonten arta sanesipun malih
ingkang saged kaginakaken kagem nyambung gesangipun. Pramila Gusti Yesus dhawuh
“satemene kang dipisungsungke randha miskin iku luwih akeh katimbang wong kabeh
iku”.Gusti Yesus mesthi ugi mirsani isining manahipun randha miskin punika,
misungsung kanthi tulus sucining manah, tanpa was sumelang, tanpa pamrih
punapa-punapa.
Saking dhawuh pangandikanipun
Gusti Yesus punika mratelakaken bilih pangurbanan ingkang sumelip ing
salebeting pisungsungipun randha miskin punika estu angeng sanget. Awit ingkang
dipun kurbanaken boten sanes inggih punika gesangipun piyambak. Sanes arta
susuk utawi arta turahan saking kabetahan ingkang sampun kacekapaken. Saking
pratelan punika wonten pangatak, “ajining pisungsung boten dipun tamtoaken saking
cacah ingkang dipun aturaken, ananging saking pangurbanan ingkang sumelip ing
salebeting pisungsung punika”. Langkung aji ingkang cacahipun sekedhik ananging
kinanthenan atur panuwun sokur dhumateng Gusti minangka sumbering berkah lan
pigesangan, tinimbang cacah kathah nanging kaselipan kadurakan. Gusti ngajeni
sanget lan mesthi mberkahi tiyang ingkang ngaturaken pisungsung kanthi prasaja
lan tulus sucining manah.Amin. (GaSa)
“Persembahan itu bukan modal berkat, tetapi buah berkat”
Jumat, 23 November 2012
Rumah Doa
Bacaan : Lukas 19: 45-48.
Pujian: KJ 406: 2
Nats: “… RumahKu adalah rumah doa.” (ayat. 46)
Pujian: KJ 406: 2
Nats: “… RumahKu adalah rumah doa.” (ayat. 46)
Gedung-gedung gereja di Eropa
baik yang kecil maupun besar umumnya selalu terbuka (tertutup tapi tidak
terkunci) setiap saat. Setiap orang bisa masuk gereja setiap saat untuk berdoa
pribadi ataupun melihat-lihat. Bahkan di Belanda ada sebuah mall yang menyediakan
“bilik doa” di salah satu bagiannya. “Bilik doa” ini disediakan kalau ada
pengunjung mall yang membutuhkan tempat tenang untuk berdoa di tengah-tengah
hiruk pikuk mall. Dan nyatanya ada saja, walaupun tidak sepanjang waktu, orang
yang masuk gereja-gereja itu untuk berdoa sendirian. Tempat-tempat doa itu
begitu tenang. Orang-orang yang masuk di dalamnya untuk berdoa merasakan
kedamaian, bebas dari segala pikiran yang mengganggu kebersamaan dengan Tuhan.
Di situlah terjadi komunikasi yang tulus, dari hati ke hati umat dengan Tuhan.
Tentu itulah yang dikehendaki Tuhan dalam rumah doaNya.
Bait Allah pada zaman Tuhan Yesus rupanya jauh dari ketenangan
dan kedamaian itu. Di sana ada orang-orang merasa diuntungkan dan dirugikan
oleh perdagangan barang-barang korban persembahan. Orang tidak bisa merasakan
kedamaian dan ketenangan ketika menghadap hadirat Tuhan.
Karena itu, Tuhan Yesus marah. Dia menyingkirkan segala sesuatu yang mengganggu kedamaian dan ketenangan doa, komunikasi umat dengan Tuhan. Ketenangan dan kedamaian dalam doa itu sangat penting. Itulah sebabnya sering Tuhan Yesus berdoa dalam ketenangan di bukit dan keheningan malam. Tubuh kita adalah juga rumah Tuhan. Seharusnya tubuh kita juga menjadi rumah doa yang tenang dan damai bagi jiwa kita. Teramat sering di dalam tubuh kita terjadi hiruk pikuk pemikiran dan kegiatan yang tiada henti. Bahkan kadang tidak ada kesempatan bagi jiwa kita untuk tinggal tenang dan damai di dalam tubuh kita. Setiap hari mari kita sediakan kesempatan yang benar-benar tenang dan damai, hening, bagi jiwa kita untuk berkomunikasi dengan tulus dari hati ke hati dengan Tuhan. [ST]
Karena itu, Tuhan Yesus marah. Dia menyingkirkan segala sesuatu yang mengganggu kedamaian dan ketenangan doa, komunikasi umat dengan Tuhan. Ketenangan dan kedamaian dalam doa itu sangat penting. Itulah sebabnya sering Tuhan Yesus berdoa dalam ketenangan di bukit dan keheningan malam. Tubuh kita adalah juga rumah Tuhan. Seharusnya tubuh kita juga menjadi rumah doa yang tenang dan damai bagi jiwa kita. Teramat sering di dalam tubuh kita terjadi hiruk pikuk pemikiran dan kegiatan yang tiada henti. Bahkan kadang tidak ada kesempatan bagi jiwa kita untuk tinggal tenang dan damai di dalam tubuh kita. Setiap hari mari kita sediakan kesempatan yang benar-benar tenang dan damai, hening, bagi jiwa kita untuk berkomunikasi dengan tulus dari hati ke hati dengan Tuhan. [ST]
Kamis, 22 November 2012
Boten Kendel
Waosan : Lukas 19: 41-44.
Pamuji : KPK 174: 1-3
Nats: “Katresnan iku ……. nyabari samubarang” (1 Korinta 13: 7)
Pamuji : KPK 174: 1-3
Nats: “Katresnan iku ……. nyabari samubarang” (1 Korinta 13: 7)
Yerusalem inggih papan ingkang
misuwur, dados papan pamujan dhumateng Gusti Allah, tumrap bangsa Yahudi ing
pundi-pundi panggenan. Sejatosipun Yerusalem punika dados papan ingkang nekseni
sih kamirahanipun Gusti ing satengahing pakaryan kawilujengan ingkang kababar.
Ananging kasunyatanipun, pakaryanipun Allah punika katampik lan puncakipun ing
satengahing tragedi (kasangsaran) salib. Raos sedhih, semplah ngiring ing
satengahing tindakipun Gusti Yesus jumangkah ing kitha punika. Kitha ingkang
sejatosipun ngumandhangaken sih kamirahanipun Gusti lan katresnanipun
Gusti, malah nggiring Gusti Yesus dhateng kasangsaran. Awrat sanget raosing
manahipun Gusti Yesus wekdal kedah ngadhepi kasunyatan punika. Lajeng punapa
Gusti Yesus nebihi lan tindak dhateng papan ingkang purun nampi rawuh lan
pakaryanipun kanthi sukarena? Boten… Punika boten nyuda Gusti Yesus
nglajengaken lampahing peladosanipun, kadosa pundi pahit raosipun. Ingkang
baken, sih katresnanipun Gusti kedah kababar lan kedah kalaksanan, murih rikat
utawi dangu, sedaya manungsa saged ngraosaken.
Kados pundi raos manah kita mangertos, sedherek ingkang kita
tresnani tumindak lepat? Punapa malih sampun kita emutaken, dipuntuturi
wungsal-wangsul ananging boten purun ngewahi lampahing gesangipun. Raos sedhih,
getun, mbokmenawi ugi raos lepat boten saged melehaken sedherek kala wau.
Sampun semplah! Sampun nilar! Sedherek kita punika tetep mbetahaken pitulungan.
Menawi sedaya nebihi, sedherek kita punika ugi badhe sansaya uwal saking gesang
mursid. Tetep setya, pados margi wicaksana punapa kemawon ingkang saged kita
tindakaken murih sedherek kita punika kapitulungan. Paribasan, sampai titik
darah penghabisan. Punika wujud tresna ingkang sejatos. [PKS]
“Piweleh kang tanpa leren mesthi ana olehe.”
“Piweleh kang tanpa leren mesthi ana olehe.”
Rabu, 21 November 2012
Menyanyi Dengan Hati
Bacaan : Wahyu 4: 1-11.
Pujian : KJ 2: 2
Nats: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang.” (ayat. 8b)
Pujian : KJ 2: 2
Nats: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang.” (ayat. 8b)
Orang Kristen adalah penganut
agama yang paling banyak bernyanyi dibanding penganut agama manapun. Bahkan
dalam suasana duka sekalipun orang Kristen tetap bernyanyi. Kebiasaan ini
sangat menyenangkan, bagi semua orang, bagi yang mendengar, bagi yang menyanyi
dan tentu bagi Tuhan. Tetapi coba mari kita ingat-ingat, pada umumnya bagaimana
kita bernyanyi. Sudahkah kita selalu sungguh-sungguh setiap kali kita menyanyi?
Atau sering asal menyanyi saja, sedapatnya, asal bersuara saja? Sudahkah kita
selalu nyanyian kita itu mulai dari hati kita? Artinya, benar-benar menghayati
syair dan melodi yang kita nyanyikan. Jika nyanyian kita hanya karena ibadah,
“masak ibadah kok tidak menyanyi”, hanya asal menyanyi, asal bersuara saja,
walaupun suara kita bagus, apalagi kalau karena ingin mendapat pujian orang
yang mendengar, maka nyanyian kita tidak disukai oleh Tuhan. Nyanyian yang
disukai oleh Tuhan adalah yang berangkat dari hati kita. Dalam nyanyian itu ada
perasaan, keyakinan dan kontak batin dengan Tuhan. Jika demikian nyanyian kita,
maka nyanyian kita seolah tiada hentinya berkumandang. Sehingga, nyanyian itu
menyenangkan dan menentramkan hati yang menyanyikannya, kita sendiri, orang
lain dan Tuhan sendiri. Itulah nyanyian para malaikat Tuhan dalam bacaan kita
hari ini. Nyanyian mereka menyenangkan dan menentramkan para malaikat itu
sendiri, Yohanes (penulis kitab Wahyu) dan Tuhan. Nyanyian itu membuat semarak,
damai dan kebahagiaan kekal suasana sorga itu.
Tuhan telah melakukan segala
sesuatu selalu dengan sungguh-sungguh bagi kita. Demikian juga kita seharusnya
selalu dengan sungguh-sungguh menyanyikan setiap lagu baik bagi Tuhan maupun
bagi orang lain. Mari kita menyanyikan setiap lagu selalu dengan hati kita,
dengan penghayatan, dan dengan segala kekuatan tenaga dan pikiran kita. Dengan
demikian nyanyian kita akan mendatangkan kebahagiaan dan ketentraman bagi
Tuhan, orang yang mendengarkan dan bagi kita sendiri. [ST]
“Nyanyian yang timbul dari hatimenentramkan hati.”
Selasa, 20 November 2012
Gesang Semangat
Waosan : Wahyu 3: 1-6.
Pamuji: KPK 168
Nats: “Sira tangia, lan nyantosakna apa kang isih kari kang wus ngarepake mati….” (ayat. 2)
Pamuji: KPK 168
Nats: “Sira tangia, lan nyantosakna apa kang isih kari kang wus ngarepake mati….” (ayat. 2)
Derek Redmond, atlit lari 400
meter ing Olimpiade Barcelona 1992,cecawis kanthi supados saged dados juara
wonten ing lomba menika. Nalika lomba kelampahan, nembe mlajeng 150 meter,
Derek nandhang sakit sukunipun. Nanging Derek boten purunnyerah kalah. Piyambakipun
nglajengaken mlajeng sanadyan sakit sanget lan kanthi dhingklang. Semangat
ingkang ageng menika ndodasaken ramanipun ingkang ugi ningali lomba menika
lajeng mitulungingantos dumugi garis finish nadyan paling pungkasan.
Semangatipun atlit menika ndadosaken sedaya penonton lan atlit sanesipun sami
kaeraman.
Para kinasih, saben dinten
gesang kita menika ugi kados wonteng ing pertandingan antawisipun tumindhak
awon lan sae. Pundi ingkang unggul? Punika gumantung dhiri kita. Yenkita dhawah
dipun kawonaken dening tumindak awon menapa kita sumedya tangi lan nglajengaken
gesang? Yen kita purun tangi malih, menika kawastanan gesang sajroning ngaurip.
Inggih menika gesang ingkang anggadahi semangat ingkang ndadosaken kita tangi
menawi kita dhawah. Pancen badhe tangi malih. Semangat tangi njalari kita
sagedtutug nadyan boten dados juara. Yen kita nggadhahi semangat tangi tamtu
Rama kita ingkang maha asih mesthi paring pitulungan dhateng kita supados kita
sagedtutug ngantos pungkasan. Yen tiyang sanes pupus gesangipun lajeng sinis
dhateng kita, kita kedah tetep yakin bilih Rama kita nunggil kaliyan kita.
Menawi kita nandang sakit, kita kedah tetepsemangat sehat. Menawiusaha kita,
asiling sabin kita boten sae, kita kedhah tansah semangat.
Allah Rama kita ngersakaken
kita putranipun gesang unggul saking pertandingan menikatemah kita saged
nampeni kamulyan saking Sang Rama inggih menika sandangan pethak lan nami kita
sinerat ing kitab pigesangan. SEMANGAT…!! sampun ngantos nglokro anggen kita
nglampahi gesang ing padamelan, bebrayan wah malih ing peladosan. Gusti Allah
Rama kita tansah nunggil lan mirsani kita. [to2k]
“Prahu ingkang sae kauji srana ngadhepi prahara lan ombak, boten
kajangkar ing gisiking seganten.”
Senin, 19 November 2012
Perbuatlah Seperti Tuhan Yesus Perbuat
Bacaan: Lukas
18:35-43.
Pujian: KJ 433
Nats: ”Apa yang kau kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang itu: “Tuhan, supaya aku dapat melihat!” (Ayat 41)
Pujian: KJ 433
Nats: ”Apa yang kau kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang itu: “Tuhan, supaya aku dapat melihat!” (Ayat 41)
50 tahun yang lalu, guru sekolah minggu mengajarkan sebuah lagu
pada saya dan murid-murid sekolah minggu lainnya.
Bu, kula nyuwun arta, ing jawi wonten kere.
Kerenipun tiyang wuta, boten saged napa-napa.
Iki ngger wenehana, sega,iwak lan banyu,
kerene kandhanana, saben Minggu kon mrene.
Bu, kula nyuwun arta, ing jawi wonten kere.
Kerenipun tiyang wuta, boten saged napa-napa.
Iki ngger wenehana, sega,iwak lan banyu,
kerene kandhanana, saben Minggu kon mrene.
Lagu tersebut di atas,
mengajarkan pada murid-murid sekolah minggu ketika itu untuk melakukan apa yang
Tuhan Yesus lakukan kepada orang yang menderita. Sudah barang tentu mengajarkan
juga pada kita saat ini. Pada bacaan hari ini, kita bisa melihat, bahwa Tuhan
Yesus memiliki kepekaan yang sangat dalam terhadap seorang buta di dekat
Yerikho (ayat:40-42). Disisi lain, murid-murid Tuhan Yesus justru menegor
supaya orang buta itu jangan berteriak-teriak minta tolong (ayat:39).
Bagaimana dengan kita? Jikalau mau jujur, seringkali kita
seperti murid-murid Tuhan Yesus. Mata kita tidak mampu melihat, telinga kita
tidak mampu mendengar, kaki kita tidak mampu melangkah, dan tangan kita tidak
mampu memberikan sesuatu kepada orang yang berteriak minta tolong. Marilah kita
minta tolong pada Tuhan Yesus untuk dimampukan berbuat sesuatu kepada orang
lain seperti yang diperbuat oleh Tuhan Yesus. Tetapi kita sendiri juga harus
berjuang untuk melakukan itu. Amin. (DG)
“Lakukan, seperti Tuhan Yesus perbuat selagi ada kesempatan”
“Lakukan, seperti Tuhan Yesus perbuat selagi ada kesempatan”
Rabu, 14 November 2012
Matur Nuwun
Waosan:Lukas 17: 11-19.
Pamuji: KPK 186.
Nats: “Nuli nyungkemi padane Gusti Yesus, ngunjukake panuwun. Mangka iku wong Samaria.” (ayat. 16)
Pamuji: KPK 186.
Nats: “Nuli nyungkemi padane Gusti Yesus, ngunjukake panuwun. Mangka iku wong Samaria.” (ayat. 16)
Wiwit alit mila kita kautus dening tiyang sepuh kita supados wicanten “MATUR NUWUN” dhateng saben tiyang ingkang sampun maringi punapa kemawon dhateng kita. Makaten ugi tiyang manca negari ingkang sinau basa Indonesia ingkang dipun apalaken rumiyin inggih tembung “TERIMA KASIH” utawi matur nuwun. Pangucap matur nuwun punika mujudaken tata krami utawi sopan santun. Raos pangraos boten ngertos atur panuwun saking tiyang sanga kados ing waosan punika pancen boten pantes sanget. Nanging nyatanipun tiyang ingkang purun wangsul kangge atur panuwun malah tiyang Samaria, tiyang ingkang dipun anggep musuh bebuyutanipun tiyang-tiyang Yahudi. Tamtu ing jaman kala samanten ngagetaken tiyang ingkang rumaos gesangipun langkung sae lan celak kaliyan Gusti (ay. 16, 18). Manawi kita taliti, dhawuh pungkasan ingkang dipun nagndikaken dening Gusti Yesus ing waosan punika sami kaliyan ingkang dipun ngandikaken dhateng tiyang estri wonten ing griyanipun tiyang Farisi (Luk. 7: 50) lan tiyang estri ingkang sakit grajag getih ingkang dipun sarasaken (Luk. 8: 43-48). Kapitadosanipun tiyang-tiyang punika ingkang ndadosaken saras, lan kasarasan punika ndhatengaken kawilujengan.
Saking carios punika kita dipun ajak ngraos-raosaken bab katresnan lan berkahipun Gusti wonten ing gesang kita. Kita ugi dipun tantang ngatingalaken kapitadosan saha panuwun kita dhateng Gusti. Dados tiyang pitados ingkang sampun nampi barkah ingkang kathah saking Gusti punapa kita inggih sampun mengertos bab matur nuwun saha atur panuwun dhumateng Gusti? Sampun ngantos kapitadosan kita dhateng Gusti langkung awon tinimbang tiyang sanga kalawau, nanging kados tiyang Samaria ingkang jenggirat atur panuwun kalawau. Pramila sumangga kita sesarengan kaliyan brayat kita tansah ngaturaken panuwun sokur konjuk Gusti kita Yesus Kristus tumrap sadaya barkah ingkang sampun kaparingaken dhateng kita supados kita tansah nemahi tentrem rahayu. Amin. [Dwt]
“Pamaturnuwun dados titikan watak pangaji”
“Pamaturnuwun dados titikan watak pangaji”
Selasa, 13 November 2012
Aku Ingin Sehat !
Bacaan : Titus 2: 1-8.
Pujian : KJ 424
Nats: “…hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan.” (ayat. 2).
Pujian : KJ 424
Nats: “…hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan.” (ayat. 2).
Tidak ada orang yang ingin
sakit. Bahkan mereka yang sudah terlanjur sakit pun, pasti ingin menjadi sembuh
dan sehat kembali. Itulah sebabnya segala macam pengobatan pasti akan ditempuh,
baik yang bersifat medis maupun yang bersifat alternatif. Bila sudah sehat
orang kembali dapat melakukan kegiatannya dengan leluasa. Kalau mau jujur,
sebenarnya bukan hanya penyakit jasmani yang semakin kejam. Penyakit rohani pun
demikian. Di jaman sekarang, manusia cenderung untuk berpikir dan bertindak
secara praktis, pragmatis, dan berorientasi pada hal-hal yang bersifat
materialistis. Padahal itulah yang sebenarnya makin merenggangkan relasi kita
dengan orang lain yang berdiri sebagai sesama, yang kita tahu, harus kita
kasihi sepenuh hati. Namun yang terjadi, justru banyak orang lebih
mengedepankan kepentingan diri sendiri, daripada harus bersusah payah
mengupayakan kepentingan hidup sesamanya. Karena itu, menyingkirkan orang lain
bahkan menghancurkan kehidupan orang lain pun, nampaknya makin sah-sah saja.
Tepat di tengah-tengah ancaman
hidup yang seperti itulah, surat Titus berpesan kepada kita supaya kita tetap
dapat menjaga kesehatan rohani kita. Bukan hanya lewat laku ritual (ibadah)
yang harus terus kita ikuti, namun juga lewat sikap kita sehari-hari. Di tengah
keluarga misalnya, kita dituntut untuk dapat hidup sehat. Menjadi suami yang
sehat, yang bisa menaungi dan mendidik istri dan anak secara bijaksana. Bukan
menjadi suami yang sakit, yang justru berpotensi menyakiti istri dan
anak-anaknya. Yang bisa membuat kita memiliki hidup yang sehat adalah juga
kebijaksanaan. Semua nasehat tersebut, jika kita lakukan, akan menjadikan
kehidupan kita sehat. Karena itu, di tengah ancaman penyakit jaman, mari kita
katakan kepada Tuhan: Aku ingin sehat! Jika hidup kita sehat, kita akan dapat
melakukan segala sesuatu dengan lancar dan baik. Mari kita terus berlatih
ibadah dan kebijaksanaan, sehingga kita terlatih beribadah dan bertindak
bijaksana. Amin. [Mbing]
“Kesehatan hidup kita adalah
modal berharga untuk mengasihi sesama.”
Senin, 12 November 2012
Ngupadi Kang Sampurna Kagem Gusti
Waosan : Titus 1: 1-9.
Pamuji : KPK 69: 1-3
Nats: “… seneng marang samubarang kang becik, wicaksana, adil, saleh, bisa ngendhaleni dhiri” (ayat.
Pamuji : KPK 69: 1-3
Nats: “… seneng marang samubarang kang becik, wicaksana, adil, saleh, bisa ngendhaleni dhiri” (ayat.
Boten wonten kang sampurna ing
alam donya punika, kejawi Gusti Allah piyambak. Yen kasampurnan punika dados
syarat utami kagem manggul tanggel jawab ing pakaryan agung peparingipun Gusti,
tamtu boten badhe wonten ingkang pantes nampeni tanggel jawab punika. Awit,
rumaos utawi boten rumaos, manungsa punika mesthi wonten cacatipun. Layangipun
rasul Paulus dhumateng Titus menika mratelakaken bab syarat-syarat ingkang
kedah dipun gadhahi dening para abdinipun Gusti ing pasamuwan. Pancen katingal
awrat. Nanging sejatosipun ingkang dipun betahaken inggih punika integritas
diri. Tegesipun, nunggiling tembung lan tumindak, nunggiling manah lan
lelampahan. Tansah mbangun dhiri ing sakarsanipun Gusti Allah.
Manawikita pinilih dados
Pinisepuh utawi Diaken, sampun rumaos ajrih! Kita kedah ngemutibilih kathah
sanget ingkang mbetahaken peladosan kita. Gusti Allah ingkang nimbali lumantar
swantenipunwarga pasamuwan,mesthi badhe paring pitulungan dhumateng kita.
Manawi kita sampun dados Pinisepuh utawi Diaken, ditansah setya lan kiyat ing
timbalan punika. Bilih kita menika warganing pasamuwan, kita kedah maringaken
dukungan ingkang estu, awit nyengkuyung para abdi ateges ugi ngestokaken
pakaryaning Allah sageda nyata ing satengahing pigesangan punika. Selaku para
abdi lan putranipun Gusti kita kedah manut kaliyan sabda pangandikanipun Gusti,
ngener ing Panjenenganipun lan ngupadi kasampurnaning kapribadhen murih
kaluhuraning asmanipun Gusti. Timbalan gesang sae lan sampurna kang selaras lan
cundhuk kaliyan sabda pangandikanipun Gusti punika katujokaken dhateng kita
sadaya, dadosa selaku Pinisepuh, Diaken, lan ugi warganing pasamuwan. Ingkang
punika, saestu wigatostumrap kita nggadhahi patrap nunggiling tembung lan
tumindak, nunggiling manah lan lelampahaning karsanipun Allah. Sumangga kita
mbangun jiwa, temah kita “seneng marang samubarang kang becik, wicaksana, adil,
saleh, bisa ngendhaleni dhiri.”Amin (GaSa)
“Gusti kang nimbali, Gusti kang mitulungi.”
Jumat, 09 November 2012
Merombak Diri Sendiri
Bacaan : Yohanes 2:13-25.
Pujian: KJ 467
Nats: … “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari aku akan mendirikannya kembali.” (Ayat 19)
Pujian: KJ 467
Nats: … “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari aku akan mendirikannya kembali.” (Ayat 19)
Bunda Teresa, sosok yang sangat
dikagumi oleh orang banyak di belahan bumi ini, karena kesediannya untuk
menolong mereka yang terbuang atau terabaikan. Ia sangat dekat dan selalu
memberikan makan bagi kelaparan, dan terbelakang. Ketika Bunda Teresa dipanggil
Bapa di surga, dunia berduka cita karena kehilangan seorang pribadi yang patut
diteladani.
Tuhan Yesus marah kepada orang
banyak karena mengotori Bait Allah. Mereka melakukan kejahatan dengan
mementingkan diri sendiri dengan melakukan mencari keuntungan yang sebenarnya
tidak layak untuk dilakukan lebih-lebih dalam ritual keagamaan, (Ayat 15-16).
Tuhan Yesus menyerahkan diri-Nya untuk menderita, mati di kayu salib, dan
bangkit pada hari yang ketiga untuk menyatakan kasih-Nya kepada manusia
berdosa, (Ayat 19 dan 21).
Saudara-saudara, mari kita
dengan rendah hati di hadapan Tuhan untuk mengakui dosa yang sering kali kita
lakukan di dalam menjalani ibadah dan kehidupan dengan mencari
keuntungan-keuntungan pribadi. Bahkan, kita mencari keuntungan dengan mengorbankan
orang lain. Marilah kita rombak diri kita sendiri, tubuh kita menjadi Bait
Allah yang mencerminkan kasih Kristus kepada manusia. Tuhan Yesus dan Bunda
Teresa dari Kalkuta (India) telah memberikan teladan yang luar biasa indah dan
mulia kepada kita. Mari kita rombak diri kita dari sikap dan perbuatan tega
mengorbankan orang lain demi keuntungan diri kita, menjadi rela berkorban demi
keuntungan orang-orang menderita. Amin.(DG)
”Merombak diri sendiri berarti melakukan segala sesuatu yang
bermanfaat bagi sesama”
Kamis, 08 November 2012
Mithati Pangandika
Waosan:Filipi
3: 3-8.
Pamuji: KPK 165: 1-3
Nats: “Malah samubarang kabeh dakanggep kapitunan amarga wanuh marang Sang Kristus Yesus”
Pamuji: KPK 165: 1-3
Nats: “Malah samubarang kabeh dakanggep kapitunan amarga wanuh marang Sang Kristus Yesus”
Begja (untung) digoleki,
kapitunan (rugi) disiriki. Mekaten kirang langkung paugeran gesanging manungsa.
Untung lan rugi asring dipuncakaken ing babagan ekonomi, politik. Kados pundi
menawi untung rugi punika dipuntingali saking babagan iman kapitadosan? Mbokmenawi
makaten ingkang dipunraosaken dening Rasul Paulus saderengipun lan sasampunipun
ndherek Gusti Yesus. Kasebataken begja wekdal sapunika ndherek Gusti lan
kapitunan wekdal ngayahi sedaya kewajibaning agaminipun minangka tiyang Farisi
ingkang tegen lan tumemen rikala semanten. Kasebat kapitunan karana Rasul Pulus
kados-kados sampun kathah ngayahi kewajiban agama, ingkang kathah peranganipun
nanging kekirangan perangan ingkang aji inggih lampah tresna dhateng sesami.
Rasul Paulus rikala semanten karaos sampun nindakaken tetak (sunat), netepi
paugeraning Toret, anaging boten ngecakaken katresnan dhumateng para
pandherekipun Gusti Yesus, ingkang kaanggep mengsahipun agami. Sarana piweleh
saking Gusti Yesus, sedaya ingkang kaanggep untung sapunika dados karugian
ingkang ageng, ingkang estu dipungetuni.
Mekaten punika, umumipun
manungsa. Kados-kados sampun nglampahi gesang sae. Ajeg tindak greja, boten
nate mbolos ibadah patuwen brayat, mitulungi dhateng sedherek ingkang kesrakat.
Ananging asring dereng saged ngapunten kalepatanipun sedherek, dereng saged
nresnani mengsahipun, punapa malih ndongakaen. Sampun ngantos kita
nyortir(mithati) pangandikanipun Gusti. Nglampahi ingkang saged
katindakaken,ingkang awrat kita singkiri, malah-malah dipunterak. Begja dhumateng
kita ingkang nampeni margi gesang ingkang luhur. Punika wujud kita sansaya
mancik wonten ing kasampurnaning gesang. [PKS]
“Mithati pitedahe Gusti, getun tembe mburine.”
Rabu, 07 November 2012
Sungut-sungut vs Sukacita
Bacaan :
Filipi 2 : 12-18.
Pujian: KJ 447
Nats: “..Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, … sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia,” (ayat 14-15)
Pujian: KJ 447
Nats: “..Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, … sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia,” (ayat 14-15)
Orang yang
berada dan beraktifitas di antara orang-orang yang dianggap tidak baik dan
tidak benar, umumnya tidak memiliki sukacita dalam beraktifitas. Demikianlah
bahaya yang dihadapi oleh warga jemaat Filipi. Guru mereka, Paulus, sedang
berada di dalam penjara (ketika menulis suratnya ini). Sementara itu di Filipi
ada orang-orang Kristen yang menyampaikan ajaran-ajaran sesat kepada jemaat
Filipi. Mereka inilah yang disebut sebagai angkatan yang bengkok hatinya.
Karena itu warga jemaat Filipi mengalami kebingungan, kesusahan dan kehilangan
sukacita. Suasana ini menyebabkan mereka bersungut-sungut dan
berbantah-bantahan dalam melakukan kegiatan mereka. Karena itu Paulus
mengingatkan mereka supaya melakukan segala kegiatan dengan tidak
bersungut-sungut dan berbantah-bantahan. Sikap itu tidak layak bagi pengikut
Kristus. Sebab, sikap yang demikian ini meredupkan sinar kasih Kristus kepada
orang banyak. Mereka dikehendaki untuk bercahaya bagi orang banyak.
Di sekitar
kita hampir selalu ada orang yang bersikap tidak baik dan tidak benar. Di
tempat kerja ada orang-orang yang hanya mencari keuntungan bagi dirinya
sendiri, bahkan merugikan posisi kita. Di rumah, anak kadang atau sering tidak
menurut nasehat kita sebagai orang tua. Isteri atau suami terkesan egois, tidak
menghargai kita. Bahkan di gereja ada orang-orang yang terkesan sombong, sok
suci, maunya sendiri, sulit diatur, dsb.
Dalam
situasi seperti itu, kita juga diingatkan untuk tidak bersungut-sungut dan
berbantah-bantahan dalam melakukan segala kegiatan kita. Kalau sudah
bersungut-sungut, biasanya akan berakibat asal-asalan melakukan kegiatan, tidak
maksimal. Situasi seperti itu wajar. Sebab, ya inilah dunia. Marilah kita lebih
fokus pada Kristus, bukan pada buruknya situasi. Kita akan bersukacita. Dengan demikian
kita bisa bercahaya menyinarkan kasih Kristus di tengah gelapnya keburukan itu.
[ST]
“Sungut-sungutmeredupkancahayakasihKristus,
sukacitamenyinarkankeindahankasihNya.”
Langganan:
Postingan (Atom)