Bacaan : 1 Korintus 15 : 41 – 50
Nats : Ayat 42
Pujian : KJ 36
Nats : Ayat 42
Pujian : KJ 36
Di SPBU, di loket tiket KA, di kasir Toko Swalayan, di toilet
umum, di pintu tol bahkan untuk keluar dari gereja, antri sudah jadi biasa dan
budaya. Namun, sebiasa-biasanya antri masih saja ada saja orang yang berusaha
menyerobot antrian. Mungkin ada rasa puas bisa menyerobot antrian, meski yang
diserobot pasti dongkol. Tapi, masalah saling serobot dalam antrian pasti
berbeda jika kita menyadari bahwa kita semua sedang antri untuk…MATI! Nah,
masih adakah yang mau menyerobot antrian? Widiiihhh serem! Siapa juga yang mau
mati duluan?! Kalau boleh memilih, saya antrinya belakangan saja yaaaa….
Stereotipe tentang menakutkannya kematian juga dialami oleh
Jemaat di Korintus. Karena itulah, Rasul Paulus menjelaskan konsep kebangkitan
setelah kematian dalam iman Kristen. Paulus menjelaskan dalam logika pertanian
sederhana, bahwa segala sesuatu yang tumbuh dan hidup harus mati terlebih
dahulu (ay. 36). Dalam Kristus, kebangkitan setelah kematian digambarkan
sebagai sebuah transformasi (perubahan) penuh harapan. Paulus menjelaskan bahwa
kebangkitan setelah kematian mengubah kebinasaan menjadi ketidakbinasaan,
kehinaan menjadi kemuliaan, kelemahan menjadi kekuatan dan tubuh alamiah
menjadi yang rohaniah (ay. 42-44). Pendeknya, dalam Kristus kematian hanyalah
sebuah gerbang masuk ke dalam kehidupan baru yang lebih baik dalam Kerajaan
Allah. Ah…kematian jadi terdengar tak terlalu menakutkan lagi…
Setiap kita, cepat atau lambat pasti akan mati. Kematian, memang
akan memisahkan kita dari dunia ini, dari harta benda yang selama ini kita
kumpulkan dengan susah payah, dan dari orang-orang yang mencintai kita dan kita
cintai. Tetapi, Kristus telah memenangkan kita dari kuasa maut sehingga
kematian tidak akan membinasakan. Kematian justru menjadi tahapan bagi kita
untuk memasuki kehidupan baru dalam Kerajaan Allah. Namun, sebelum kita
mendapat giliran kematian itu, mari kita hidup sebaik-baiknya bagi kemuliaan
Tuhan. Antri yuk! (Rhe)
“Kematian
mengingatkan kita untuk menghargai kehidupan kini dan berpengharapan akan
kehidupan nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar