Kamis, 07 Agustus 2014

Ampunilah !



Bacaan : Matius 18 : 21 – 35  |  Pujian : KJ 467
Nats : “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya: “… Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” [21-22]
Ada seorang Pastor yang mengatakan kepada asistennya: “Yen apik, aku melu bungah; yen ana luputmu, ya tak apura.” (Kalau baik, aku ikut senang; kalau ada kesalahanmu, ya saya ampuni.)
Pengampunan adalah anugerah besar. Tetapi, mungkin karena tidak kelihatan dan tidak bisa dirasakan, lantas manusia mudah menganggap pengampunan adalah sesuatu yang murah, sekalipun itu datangnya dari Tuhan. Karena itu pula orang sulit sekali mengampuni kesalahan orang lain.
Tetapi jika disadari dan dilihat akibatnya, maka kita akan tahu betapa berharga dan mahalnya pengampunan itu. Hanya dengan pengampunanlah hubungan yang semula putus atau tegang menjadi sambung dan cair kembali. Hanya dengan adanya pengampunan kedamaian, kerukunan dan kebahagiaan bisa dinikmati kembali dan bersama. Buah pengampunan itu sangat nikmat dan nyaman. Tanpa pengampunan rasa nyaman itu tidak bisa terwujud.
Karena itulah Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita untuk mengampuni dengan tanpa batas (“tujuh puluh kali tujuh kali”). Tuhan selalu menginginkan adanya kedamaian, kerukunan dan kebahagiaan antara Dia dengan umatNya, antara umatNya yang satu dengan yang lain. Karena itu, seberapapun besarnya dosa manusia dan seberat apapun penderitaan menanggung akibat dosa manusia, Dia tetap mau mengampuni dosa manusia.
Marilah kita belajar, berusaha dan latihan untuk mau dan bahkan suka mengampuni kesalahan orang lain. Kita mulai dari keluarga kita sendiri. Ampunilah isteri/ suami, anak, orang tua, saudara dari kesalahan mereka. Caranya supaya mudah, ingatlah pengampunan Tuhan yang sangat mahal harganya yang sudah diberikan kepada kita. Sebab, Dia memberikan pengampunan itu dengan mengorbankan nyawaNya dalam penderitaan yang tidak terperi. Dan dengan pengampunan itu kita mendapatkan hidup kekal bahagia bersamaNya di sorga. Bukankah untuk mengampuni kita tidak semenderita Dia? [ST]
“Sepuas-puasnya menghukum dengan tidak mengampuni, pasti lebih puas dan nikmat dengan mengampuni.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar