Senin, 11 Agustus 2014

Pemburu Harta



Bacaan : Matius 19 : 16 – 22  |  Pujian: KJ 400 : 3
Nats : “…maka engkau akan beroleh harta di sorga!” [Ayat 21B]
Ada banyak film yang menceritakan bagaimana perjuangan manusia berburu harta karun. Untuk mendapatkan harta karun ini mereka rela berjuang menantang bahaya bertaruh nyawa. Mendaki gunung, memasuki hutan belantara atau menyelam ke dasar laut sekalipun. Demi harta karun pula, seakan mereka tak pernah takut kehilangan nyawanya. Dan demi harta karun, segala cara dihalalkan.
Memiliki harta selalu menarik bagi manusia. Rasa ingin memiliki harta menjadikan manusia berani menggunakan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Alam yang indah digali dan dijarah. Hewan yang indah ditembak dan diambil bagian tubuhnya yang memiliki nilai jual tinggi. Tak ada hukum yang menakutkan bagi manusia. Yang menjadi tujuan utamanya adalah bagaimana mendapatkan sesuatu yang diinginkan dan menjadikan keuntungan besar yang bisa didapatkan.
Sikap yang seperti inilah yang hendak dikoreksi oleh Tuhan Yesus. Kecintaan manusia pada harta melebihi kecintaan pada hal lain, menjerumuskan manusia dalam kehidupan yang membinasakan. Walaupun bergelimang harta, belum tentu ada damai sejahtera di dalam hati. Karena cara mendapatkannya adalah tidak benar dan bertentangan dengan aturan yang berlaku. Melihat ini semua, Yesus bersabda agar manusia berani merubah orientasi kehidupannya. Bukan fokus pada kehidupan dunia, tetapi kehidupan di sorga yang kekal.
Cara utama yang harus dilakukan manusia adalah meninggalkan sikap hidup yang tamak dan keinginan menyenangkan diri secara berlebihan. Kemudian menggantikannya dalam upaya menyenangkan sesama dan makhluk ciptaan lainnya. Di sini kita belajar tentang keserasian dan keselarasan hidup bersama seluruh umat ciptaan. Hidup dengan selaras dan seimbang dengan seluruh ciptaan adalah kekayaan yang mahal harganya. Dan upah untuk itu sangatlah indah, yakni beroleh harta di sorga. Bukankah itu lebih menarik ? [Oka]
“Keindahan dan kenikmatan duniawi membawa kita pada kehidupan yang semu dan menjerumuskan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar